Kamis, 09 April 2020

Cerpen: AISHA


AISHAH
Aishah wanita engerjik yang selalu meramaikan suasana. Entah sejak kapan ia masuk dalam kehidupanku. Sungguh kehadirannya membuatku merasa berbeda. Semangatnya yang menggebu menular lewat celah-celah hati yang mulai membeku. Celotehnya selalu mewarnai hari-hariku yang telah meleleh oleh polahnya. Senyum di ujung bibirnya membuat pria merasa nyaman dan riang berasa disisinya. Bila tertawa, seakan dia melepaskan semua beban yang selam ini menghimpitku. Bebas dan terbang entah kemana. Dan aku tidak mau itu dinikmati olah pria lain. Tapi siapa diriku yang baru saja mengenal dirinya sudah terlalu banyak berharap.
Ah entahlah ada apa dengan diriku.
Aku selalu terbayang bagaimana ia begitu antusias jika dihadapkan pada suatu masalah. Ia berusaha meyelesaikannnya dengan easy going. Aishah perempuan supel yang mudah memaafkan kesalah-kesalahan temannya. Dia bukan tipe pendendam. Dia cenderung suka berdamai dengan kedaan. Dia tidak ingin menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan hal hal yang sifatnya tidak penting dan tidak suka membebani pikirannya dengan energi negatif. Tapi dibalik itu dia mempunyai sifat yang lembut. Dan kelembutannya bagaikan air yang dapat menghancurkan dan luluh lantakan benda-benda yang menghalangi jalannya. Bagaikan tsunami yang menerjang Aceh dia akan terus bergerak menggapai impiannya. Netranya memancarkan semangat yang luar biasa. Dan aku terpesona.
Sungguh hari-hariku kini berada dalam kungkungan bayangannya. Rindu kan menyeruak bila sedetik saja tak mendengar celotehnya. Aku seakan berada dipersimpangan takdirku. Aku ingin mengungkapkannya, tapi aku tak sanggup hatiku membeku kembali. Ini bukan semacam rasa lain yang dulu pernah kurasa ketika cinta pada pandangan pertama. Bukan pula karena aku laki-laki pengecut yang tidak punya nyali untuk mengatakannya. Sekali lagi, aku tak sanggup hatiku membeku kembali.
Aku merasa dia telah membebaskanku dari jeratan-jeratan labirin luka yang dulu menghinggapiku. Kehadirannya menghapus sejuta kenangan pahitku. Bukan karena dia cantik aku mengaguminya. Ya walaupun dia memamg cantik. Kulitnya putih bersih berseri. Bibir  tipis kemerahan. Bola mata bulat yang di hiasi dengan bulu mata yang lentik. Pipi kemerahan dengan lesung pipit menambah kecatikan alaminya. Hidung mancung mempesona dan menggemaskan. Sementara alisnya yang panjang dan indah serasi dengan wajahnya, menandakan kepribadian yang luwes, lemah lembut, elegan dan penuh gairah dalam kehidupannya. Tapi rasanya bukan itu yang membuat hatiku terpenjara olehnya. Aku yakin kali ini aku berusaha mengerti, bahwa cinta tumbuh dari banyaknya pengertian dan pelajaran darinya. Orang bilang bahwa perempuan perlu banyak memahami laki-laki dan aku mendapatkannya. Aishah darinya aku merasa nyaman.    
Kali ini bukan semacam cinta pada pandangan pertama. Sebab sebagai laki-laki aku dihargai dan difahaminya. Kini akupun harus paham bahwa pemikiran dan perasaan perempuan itu sulit untuk dimengerti. Aishah bukan perempuan yang hanya akan meminta dikagumi dan dipahami, tapi  juga akan memberikan cinta dan perhatian yang sebanding. Aku ingin membuatnya merasa dihargai dan dicintai sebagai seorang perempuan.  Aku ingin menjadi lelaki pertama yang mengajarkannya bahwa semua hal bisa diselesaikan dengan saling bicara dan mendengarkan. Aku ingin menjaga apa yang telah kutemukan kini tidak lagi hilang. Aku tak Ingin hatiku membeku kembali. Asaku bersambut. Terimakasih Aishahku.


2 komentar:

  1. Ceritanya bagus,mengalir, ada beberapa yg salah ketik spt dan tapi diketik dab,selama diketik selam, dan kata2 : berada persimpangan, mungkin menjadi berada pada persimpangan, good job bpk!

    BalasHapus
  2. Terimaksih ibu...baru berani menulis. di kegiatan ini.

    BalasHapus