FOKUS PADA KOMPETENSI DIRI
Lahirkan Karya Inovasi & Kualitas Diri
Al Hamdulillah
malam ini, kami masih dapat belajar
bersama Bapak Tri Agus Cahyono. Baliau lahir di Pacitan, 22 Agustus 1982. Baliau mengabdi
sebagai guru di SD Negeri Belik Tepus Kecamatan Tepus, Gunungkidul. Beliau
menamatkan pendidikan terakhir Program Studi Pacsasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY) jurusan Magister Pendidikan Dasar-IPA tahun 2015 melalui
beasiswa P2TK Dikdas dengan predikat Cum Laude. Saat ini beliau aktif sebagai
ketua KKG Gugus V Purwodadi, Tepus Gunungkidul, Yogyakarta.
Pada hakikatnya sebuah karya inovasi
adalah puncak dari proses belajar seseorang. Sesuai taksonomi Bloom yg telah
direvisi oleh Krathwool, bahwa ada 6
tahapan berfikir kognitif:
Mengingat (C1)
Memahami (C2)
Menerapkan (C3)
Menganalis (C4)
Mengevaluasi (C5)
Menciptakan (C6)
Dalam taksonomi tersebut Karya
inovasi adalah sebuah tahapan puncak dari proses berfikir. Seorang guru harus
mampu menciptakan sesuatu yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Akan
tetapi ketika kita menginginkan sebuah karya inovasi yang baik, maka kita tidak
boleh melewati tahapan- tahapan tersebut di atas. Jangan sampai kita berinovasi
tapi:
Tidak tahu ilmunya
Tidak paham maksudnya
Tidak pernah menggunakan
Tidak bisa menganalisis bagian-bagiannya
Tidak bisa menilai kelebihan dan
kekurangannya
Jadi intinya jika ingin menciptakan karya inovasi maka, harus
belajar menguasai materi keilmuan dari karya tersebut. Nah bagaimana cara kita
belajar untuk meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menciptakan sebuah karya
inovasi adalah dengan bekerja? Jawabannya adalah:
1.
Belajar kita lakukan pada saat mengajar
Cara belajar
paling baik adalah dengan mengajar. Apa yang membuat kita tertarik melakukan
inovasi pemeblajaran di kelas? Ketika kita berC1 sampai dengan C5 pasti ada sebuah ketidak puasan. Setelah
kita belajar, mengingat, memahaminya, menerapkannya, menganalisisnya, kita
pasti mengevaluasinya (kekurangan dan kelebihan). Disitulah rasa ketidakpuasan
akan muncul, dan daya cipta kita sebagai manusia ( kreativitas) akan muncul
Nah sekarang
bagaimana kita memilih bidang yang akan kita buat inovasinya? Kuncinya adalah "APIK"
(di kutip dari Pak Arif Edi). Apik adalah kepanjangang adri:
- Asli (jangan menjiplak)
- Perlu (benar-benar dibutuhkan)
- Inovativ, dan
- Konsisten
Dengan APIK
kita dapat meningkatkan kualitas diri dan membuat sebuah karya ayang inovatif
dan bermanfaat.
2. Evalauasi
Setelah kita
belajar, mengingat, memahaminya, menerapkannya, menganalisisnya, kita pasti
mengevaluasinya (kekurangan dan kelebihan). Disitulah rasa ketidakpuasan akan muncul. Daya
cipta kita sebagai manusia ( kreativitas) akan muncul. Contohnya adalah karya
inovasi yang mendapatkan penghargaan inobel 2016. Namanya media
"Planetarium Bekam". Media ini
adalah hasil dari ketidak puasan terhadap media konvensional yang selama ini digunakan yaitu globe. Bertahun--tahun menggunakan globe hasilnya selalu biasa-biasa
saja. Anak tidak tertarik/kurang termotivasi dan prestasi belajar kurang memuaskan.
Prestasi kurang lebih disebabkan kurangnya motivasi. Motivasi anak rendah lebih
disebabkan materi, bukan pada zona motivasi (jangkauan anak). Zona motivasi anak itu adalah sesuatu yg
menantang namun bisa dikerjakan. Jadi jika materi terlalu sulit dan terlalu
mudah maka dipastikan anak kurang termotivasi
Ketika
menggunakan globe dalam pembelajaran IPA untuk menerangkan materi pergerakan
Bumi dan Bulan, anak dipaksa berfikir sangat abstrak. Jadi penasaran dengan
media ini. Fungsi media ini adalah mempermudah observasi. Ketika anak memperbandingkan globe yg
diperagakan dengan lampu senter dan mengakomodasikan dengan kejadian sebenarnya
antara Bumi, matahari, dan bulan sangat sulit. Disinilah ketidakpuasan terhadap
globe muncul.
Kita analisis kelebihan dan
kekurangan globe dalam menjelaskan materi tersebut adalah:
Kelebihan:
1. Model yang paling sesuai
2. Ada di sekolah
3. Mudah digunakan
4. Mudah di dapat
sedangkan kekurangannya adalah tidak bisa menampilkan
bagaimana kenampakan langit dari bumi saat diperagakan.
Meskipun anak kelas 6 sudah mampu
berfikir abstrak, namun kemampuan tersebut masih terbatas. Khusus pada gerak
semu atau bukan gerak sebenarnya anak sangat kesulitan untuk menerima konsep
tersebut. Semisal Gerak semu harian matahari. Anak merasa kesulitan
memahaminya, maka anak akan lemah motivasinya untuk terus belajar.
Kelebihan dari sebuah karya bukanlah
dari sifat modern atau tradisionalnya tetapi lebih kepada kebermanfaatan, ide,
dan kemudahan untuk digunakan dan direplika oleh orang lain. Meskipun karya
berbasis TIK kelihatan lebih keren tetapi sulit untuk ditiru dibuat oleh guru
lain atau sulit diaplikasikan di daerah-daerah tertentu maka nilainya akan
kurang.
Dari ketidak puasan diatas, diperlukan penemuan baru dan menyempurnakan yang
sudah ada. Dari sinilah muncul media
"Planetarium Bekam". Ingat dalam berinovasi jangan memikirkan masalah
yg bersumber dari luar seperti lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, dan lain-lain,
tetapi FOKUS pada KOMPETENSI DIRI itulah yang akan memudahkan kita menemukan
hal-hal atau ide penting yang membantu keberhasilan pembelajaran. Sehingga tidak
hanya inobel yg kita dapat, OGN akan di dapat, Gupres juga akan kita dapat.
Jadi tingkatkan kualitas diri untuk karya yang berkualitas. Untu dapat
berinovasi guru harus fokus pada pengembangan dirinya. Minimalkan administrasi,
lebih ke hal2 aplikatif dalam mengajar. Ingat kita adalah guru, tugas utama
kita mengajar. Administrasi kebanyakan
hanyalah formalitas jadi utamakan administrasi yang penting-penting saja.
Hasil karya beliau dapat dibaca di https://kabarhandayani.com/ciptakan-planetarium-bekam-guru-sd-raih-penghargaan-inobel-terbaik-nasional/
Hasil karya beliau dapat dibaca di https://kabarhandayani.com/ciptakan-planetarium-bekam-guru-sd-raih-penghargaan-inobel-terbaik-nasional/
Sae pisan
BalasHapusAl hamdulillah terimaksih
BalasHapus