Mendesain Pembelajaran Jarak Jauh
01 April 2020,
pengalaman pertama mengikuti materi Kegiatan Belajar Menulis Gelombang 8
dengan menggunakan Webex Meeting Conference. Pada kesmpatan ini pengisi
materinya adalah bapak Indra Charismiadji, Pengamat dan Praktisi di dunia
Pendidikan yang populer dengan Pembelajaran Abad 21. Beliau juga penggagas
E-Sabak, Mendesain Pembelajaran Jarak Jauh. Sayang sekali saya baru masuk 10-15
menit sebelum usai. Karen ada kegiatan yang tidak bisa saya tinggalkan. Dan
akhirnya saya tidak bisa mengikuti
teleconfrence bersama beliau dari awal.
Saya pun berusaha untuk mencari materi awal-awal lewat
beberapa blog teman-teman yang tergabung dalam kegiatan Belajar Menulis
Gelombang 8. Dari beberapa blog ini saya mendapati bahwa diawal Pertemuan
beliau menanyakan pengalaman peserta dalam mengajar menggunakan Daring (Dalam
jaringan/ online) dan tidak menggunakan luring ( luar jaringan / offline)
selama pandemi Covid-19.
Guru dan teknologi informasi
Menurut beliau untuk masa sekarang ini, guru masih disibukkan dengan materi
atau konten di dalam pengajaran dan belum terfokus pada cara belajar secara digitalisasi. Hal ini disebabkan beberapa hal diantarnya adalah tingkat ekonomi dan jaringan internet yang tersedia. Bagi guru
dan sekolah yang berada dikota dengan kemampuan tingkat ekonomi menengah
ke atas, hal ini bukanlah merupakan suatu kendala. Masalahnya adalah bagi guru
tinggal dipedesaan, banyak terkendala dengan teknologi serta SDM yang kurang
memadai. Smartphone dan komputer masih termasuk barang yang mahal, banyak yang
belum punya. Belum lagi terkendala sinyal atau jaringan internet.
Guru era digital guru harus sadar betul pentingnya teknologi bagi dunia pendidikan modern. Dengan pemanfaatan tekonologi tepat guna, peningkatan kualitas pendidikan di negara kita tercinta dapat terwujud dengan baik. Ingatlah, bahwa kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Guru dan dan teknologi saling berkelindan antara satu dengan yang lainnya. Kemjauan teknologi telah mempengaruhi cara belajar generasi digital. Mereka yang sudah akrab dengan dunia tekonologi akan lebih nyaman belajar dengan berbagi aplikasi kekinian. Mereka bisa mendapat materi pembelajarn degan mudah dari internet, youtube, dan lain-lain. Guru yang tidak bisa menggunakan teknologi akan tergantikan oleh teknologi itu sendiri.
Empat pilar pendidikan UNESCO
Selain kemampuan pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan, guru juga perlu mengetahui dan mengaplikasikan empat pilar pendidikan
dari UNESCO (United Nations, Educational
Scientific and Cultural Organization). Guru yang punya dedikasi tinggi terhadap profesinya akan terus berusaha
untuk mengaplikan ke empat pilar pendidikan itu, yaitu:
1. Learning to
know (belajar untuk tahu),
2. Learning
to do (belajar untuk melakukan),
3. Learning to be
(belajar untuk menjadi sesuatu), dan
4. Learning to
live together (belajar untuk hidup bersama).
Untuk lebih jelasnya bagaimana aplikasi 4 pilar pendidikan
dari UNESCO tersebut dibawah ini akan dipaparkan satu persatu;
Learning to know (belajar untuk tahu) memiliki arti peserta
didik diharapkan dapat mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya
melalui pengalaman-pengalaman mereka atau orang lain. Learning to know selalu
mengajarkan arti penting sebuah pengetahuan karena sebenarnya di dalam Learning
to know terdapat Learning to learn yaitu peserta didik belajar memahami apa
yang ada disekitarnya, menjadikan mereka lebih kritis dan bersemangat di dalam
belajar karena hal ini merupakan bagian dari proses belajar (usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksi dengan
lingkungannya) jadi mendapatkan ilmu tidak hanya dari bangku sekolah.
Learning to do
(belajar untuk melakukan) peserta didik
diajak untuk ikut serta dalam memecahkan masalah yang ada disekitarnya melalui
tindakan nyata, menerapkan ilmu yang didapat, dan bekerja sama dalam sebuah tim
untuk mendapatkan solusi dari suatu permasalahan diberbagai situasi dan
kondisi.
Learning to be (belajar untuk menjadi sesuatu),
pentingnya mendidik dan melatih peserta
didik agar menjadi pribadi yang mandiri yang dapat mewujudkan cita-cita dan dan
impian mereka sesuai dengan bakat, minat dan kondisi lingkungannya. Guru
sebagai fasilitator dan mediator untuk kemajuan peserta didiknya.
Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
yaitu menanamkan kesadaran para peserta didiknya bahwa mereka adalah bagian
dari kelompok masyarakat dari berbagai etnis sehingga mereka mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.
Para pengajar harus menekankan pada cara mengajar 'How',
bukan pada 'What'. What to learn yang merupakan konten mengajar dapat berubah
sesuai dengan perkembangan jaman dan jika para pengajar hanya terfokus pada apa
yang diajarkan maka tidak akan dapat mengikuti perkembangan jaman.
Pendidikan bukan tentang apa yang dipelajari tapi bagaimana cara belajar dan mempelajari sesuatu. Pendidikan harus terus mengikuti perkembangan zaman. Contoh perkembangan teknologi yang terus berubah dari zaman Nokia dan Blacberry hingga sekarang berbasis android. Hal ini merupakan perumpamaan bahwa jika kita berpatokan pada materi, maka materi itu akan usang pada masanya. Apalagi dimasa sekarang revolusi industi 4.0 semakin banyak pekerjaan yang akan tergantikan oleh teknologi terkini.
Selanjutnya beliau memaparkan pembelajaran jarak jauh yang efektif adalah menggunakan LMS (Learning Manajemen System). Menurut wikipedia, Learning Management System (biasa disingkat LMS) adalah aplikasi perangkat lunak untuk kegiatan dalam jaringan, program pembelajaran elektronik (e-learning program), dan isi pelatihan.
Sebuah LMS yang kuat harus bisa melakukan hal berikut:
1. menggunakan layanan self-service dan self-guided
2. mengumpulkan dan menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat
3. mengkonsolidasikan inisiatif pelatihan pada platform berbasis ‘’web scalable’’
4. mendukung portabilitas dan standar
5. personalisasi isi dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan.
LMS merupakan sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘’online’’. Dalam pelatihan korporasi, LMS biasanya digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan. Dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi ‘’Students self-service’’ (misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja (misalnya, pemberitahuan pengguna, persetujuan manajer, daftar tunggu manajemen), penyediaan pembelajaran ‘’online’’ (misalnya, pelatihan berbasis komputer, membaca & memahami), penilaian ‘’online’’, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE), pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi aplikasi, diskusi), dan pelatihan manajemen sumber daya (misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan). LMS juga digunakan oleh regulasi industri (misalnya jasa keuangan dan biopharma) untuk pelatihan kepatuhan. Mereka juga digunakan oleh institusi pendidikan untuk meningkatkan dan mendukung program pengajaran di kelas dan menawarkan kursus untuk populasi yang lebih besar yaitu seluruh dunia. Beberapa penyedia LMS termasuk "sistem manajemen kinerja" meliputi penilaian karyawan, manajemen kompetensi, analisis keterampilan, perencanaan suksesi, dan penilaian ‘’multi-rater’’ (misalnya, review 360 derajat). Teknik modern sekarang menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi untuk menemukan kesenjangan belajar dan panduan materi seleksi pelatihan. (https://id.wikipedia.org/wiki/Learning_Management_System)
Standar pembelajaran menggunakan Whatsapp (WA) tidak cocok untuk daring. Begitupun dengan ceramah melalui vidio Online. Selain membutuhkan bandwith yang besar siswa juga terkesan sekedar menerima informasi (diberitahu), padahal tuntutannya adalah bagaimana mereka bisa membuat karya dan bukan sekedar tahu. Pada abad 21 ini tugas guru adalah sebagai leader, fasilitator, sekaligus motivator bagi siswa. Guru seharusnya memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk menemukan sendiri solusi masalahnya.
Pendidikan bukan tentang apa yang dipelajari tapi bagaimana cara belajar dan mempelajari sesuatu. Pendidikan harus terus mengikuti perkembangan zaman. Contoh perkembangan teknologi yang terus berubah dari zaman Nokia dan Blacberry hingga sekarang berbasis android. Hal ini merupakan perumpamaan bahwa jika kita berpatokan pada materi, maka materi itu akan usang pada masanya. Apalagi dimasa sekarang revolusi industi 4.0 semakin banyak pekerjaan yang akan tergantikan oleh teknologi terkini.
Selanjutnya beliau memaparkan pembelajaran jarak jauh yang efektif adalah menggunakan LMS (Learning Manajemen System). Menurut wikipedia, Learning Management System (biasa disingkat LMS) adalah aplikasi perangkat lunak untuk kegiatan dalam jaringan, program pembelajaran elektronik (e-learning program), dan isi pelatihan.
Sebuah LMS yang kuat harus bisa melakukan hal berikut:
1. menggunakan layanan self-service dan self-guided
2. mengumpulkan dan menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat
3. mengkonsolidasikan inisiatif pelatihan pada platform berbasis ‘’web scalable’’
4. mendukung portabilitas dan standar
5. personalisasi isi dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan.
LMS merupakan sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘’online’’. Dalam pelatihan korporasi, LMS biasanya digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan. Dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi ‘’Students self-service’’ (misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja (misalnya, pemberitahuan pengguna, persetujuan manajer, daftar tunggu manajemen), penyediaan pembelajaran ‘’online’’ (misalnya, pelatihan berbasis komputer, membaca & memahami), penilaian ‘’online’’, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE), pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi aplikasi, diskusi), dan pelatihan manajemen sumber daya (misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan). LMS juga digunakan oleh regulasi industri (misalnya jasa keuangan dan biopharma) untuk pelatihan kepatuhan. Mereka juga digunakan oleh institusi pendidikan untuk meningkatkan dan mendukung program pengajaran di kelas dan menawarkan kursus untuk populasi yang lebih besar yaitu seluruh dunia. Beberapa penyedia LMS termasuk "sistem manajemen kinerja" meliputi penilaian karyawan, manajemen kompetensi, analisis keterampilan, perencanaan suksesi, dan penilaian ‘’multi-rater’’ (misalnya, review 360 derajat). Teknik modern sekarang menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi untuk menemukan kesenjangan belajar dan panduan materi seleksi pelatihan. (https://id.wikipedia.org/wiki/Learning_Management_System)
Standar pembelajaran menggunakan Whatsapp (WA) tidak cocok untuk daring. Begitupun dengan ceramah melalui vidio Online. Selain membutuhkan bandwith yang besar siswa juga terkesan sekedar menerima informasi (diberitahu), padahal tuntutannya adalah bagaimana mereka bisa membuat karya dan bukan sekedar tahu. Pada abad 21 ini tugas guru adalah sebagai leader, fasilitator, sekaligus motivator bagi siswa. Guru seharusnya memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk menemukan sendiri solusi masalahnya.
Beliau menegaskan bahwa: “Secara proses, sebenarnya model pembelajaran modern
ini sudah diatur dalam Permendikbud no. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses”
dengan prinsip sebagai berikut:
Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari
tahu;
Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi
belajar berbasis aneka sumber belajar;
Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah;
Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani);
Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di
masyarakat;
Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang
budaya peserta didik.
Peran Guru di Abad 21
Dunia pendidikan harus kembali mengajarkan cara belajar Learning How to Learn bukan Learning What to Learn belajar tentang
sesuatu. Semua ini tercermin dari isi pembelajaran daring seminggu ini dimana
guru masih berkutat tentang konten / materi yang dibuat untuk memberi tahu
peserta didik daripada membiarkan mereka untuk mencari tahu sendiri.
Dengan adanya internet peserta didik dapat belajar untuk
tahu, belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk
hidup bersama dengan pendekatan yang sangat berbeda di masa pra internet dimana
guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Para pendidik cukup memfasilitasi
bagaimana peserta didik dapat mencari tahu sumber belajar yang dapat dipercaya,
bukan hoax, dan bukan sekedar opini seseorang yang kredibilitasnya masih
diragukan
Ingatlah guru sebagai leader, Guru sebagai role model, guru
sebagai motivator dan guru sebagai fasilitator tidak akan tergantikan dengan
internet. Peserta didik tetap membutuhkan kita untuk memperoleh bimbingan dari
apa yang mereka pelajari di intrente. Oleh karena itu kita sebagai guru harus
terus belajar terutama tentang IT yang terus berkembang. Guru membimbing siswa
menjadi lebih kreatif dalam pembelajaran dan penggunaan teknologi yang
menyenangkan untuk siswa. Tugas yang diberikan kepada siswa lebih variatif
serta bisa dijadikan sebagai portofolio.
Misalnya saja peserta didik diminta membuat blog yang berisikan artikel
tentang hal-hal positif, membuat animasi pembelajaran dan lain sebagainya.
Kegiatan ini bisa membuat peserta didik lebih kreatif lagi.
Penilaian pembelajaran
Sebagian guru masih bingung untuk memberikan nilai proses pembelajaran yang dilakukan melalui pembelajaran jarak jarah. Apalagi ada beberapa peserta didik yang tidak aktif. Salah satu caranya adalah dengan mencatat nama peserta didik tersebut dengan tugas-tugas tyang tidak dikerjakannya. Setelah itu hubungi orangtuanya. Bila belum berubah juga, sekolah harus memberikan surat teguran. Selain itu guru juga harus mencari tahu apa masalahnya. Sebab bisa jadi ada masalah serius di keluarga siswa, seperti orangtuanya terkena PHK, sakit, dan lain-lain. Guru harus harus fokus pada peniaian portofolio peserta didik, dan ajak mereka membuat blog, games aplikasi atau apa saja yang membuat mereka aktif dan kreatif sesuai masanya.
Penilaian pembelajaran
Sebagian guru masih bingung untuk memberikan nilai proses pembelajaran yang dilakukan melalui pembelajaran jarak jarah. Apalagi ada beberapa peserta didik yang tidak aktif. Salah satu caranya adalah dengan mencatat nama peserta didik tersebut dengan tugas-tugas tyang tidak dikerjakannya. Setelah itu hubungi orangtuanya. Bila belum berubah juga, sekolah harus memberikan surat teguran. Selain itu guru juga harus mencari tahu apa masalahnya. Sebab bisa jadi ada masalah serius di keluarga siswa, seperti orangtuanya terkena PHK, sakit, dan lain-lain. Guru harus harus fokus pada peniaian portofolio peserta didik, dan ajak mereka membuat blog, games aplikasi atau apa saja yang membuat mereka aktif dan kreatif sesuai masanya.
3I Framework
Untuk mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan abad 21, maka ketersediaan 3I menjadi syarat utamanya. 3I Framework merupakan kunci penting untuk dapat
terlaksananya pendidikan yang sesuai Abad 21 ini, antara lain :
Infrastruktur, sesuatu yang berkaitan dengan apa yang akan kita gunakan
dalam pembelajaran. Infra struktur yang memadai diperlukan untuk proses pembelajaran yang menggunakan ceramah, sreaming video, pembelajaran online dan offline yang seimbang. Pengadaannya sangat disarankan oleh lembaga penyelenggara pendidikan.
Infostruktur, sesuatu yang berkaitan erat dengan dunia digital untuk menginfokan keberaadan, kelebihan, dan prestasi-prestasi yang sudah dicapai melalui dunia maya. Setiap sekolah sebaiknya memiliki domain untuk
web dalam pembelajaran daring/ online, sehingga memiliki pusat data terpadu dan
menjaga keamanan informasi.
Infokultur, kultur di era digital harus dibangun
dilingkungan sekolah sehingga menjadikan hal yang bukan baru lagi. Pembelajaran harus disesuikan dengan kultur zamannya.
Semoga dengan materi ini kita dapat membuat pembelajaran
jarak jauh lebih menarik. Materi lengkap bapak Indra Charismiadji dapat diunduh disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar