Merancang Desain
Pembelajaran Moderen
Pelatihan menulis kali ini dimulai dengan sapaan dari pematri
Dr. Paidi. “Selamat bertemu di dunia
maya utk berbagi ilmu, semoga hal ini juga bisa menjadi catatan amal kebaikan
kita. Aamiin yra”.
Beliau kemudian melanjutkan bahwa pada
kesempatan ini beliau kan berbagi pengetahuan tetang cara mendesain buku
pembelajaran. Teknik dan pendekatan yang beliau gunakan adalah mengacu pada
tokoh fenomenal bidang desain
pembelajaran yaitu Prof Dr. Atwi Suparman (mantan rektor UT) dan Dick
& Carrey
Secara umum dalam mendesain pembelajaran dan sekaligus
menghasilkan bahan pembelajaran secara ilmiah dpt diliat pada bagan berikut ini:
Secara umum Proses perancangan desain pembelajaran terdiri dari 11 langkah sebagai berikut:
Langkah ke 1. kita
perlu mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari peserta /pengguna
atas materi-materi yang dianggap sulit atau perlu dipelajari lebih lanjut
Langkah ke 2, Berdaasarkan data yang di dapat dari langkah 1
selanjutnya kita perlu membuat identifikasi kebutuhan peserta didik terhadap
mata pelajaran / bahan yang akan kita rancang
Langkah ke 3, Berdasarkan data langkah 2 selanjutnya kita
mulai membuat analisis instruksional/pembelajaran mata pelajaran yang akan kita
rancang
Langkah ke 4, Seorang perancang perlu mendapatkan gambaran
karakteristik peserta didik yang akan menjkadi target atau pemakai buku yang
kita rancang
Langkah ke 5, Membuat rumusan tujuan instruksional khusus
(penggunaan istilah instruksional disini berdasarkan sumber asli yang di karang
oleh Dick & Carrey yaitu instructional)
Langkah ke 6, Melakukan penyusunan TES
Langkah ke 7, Membuat perencanaan strategi
instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal ini beliau merancarng
pembelajaran secara blended learning)
Langkah ke 8, Mengembangkan dan memilih bahan instruksional.
Bahan pembelajaran yang dirancang dapat dibedakan menjadi 2
yaitu bahan tercetak dan bahan online. Dalam hal perancangan bahan pembelajaran
(Buku) dapat digunakan teori Rothwel dan untuk bahan online bisa menggunakan
teori hannafin)
Langkah ke 9, setelah draft bahan tersedia (langkah 8)
selanjutnya perlu dilakukan evaluasi formatif sebagai berkut:
Pertama one-to-one expert dengan melibatkan 4 orang pakar
(pakar Desain, pakar Media, pakar Materi, pakar bahasa);
Kedua One-to-one learner (melibatkan 3 orang siswa yang
berasark dari siswa peringkat atas, menengah dan bawah);
Ketiga Evaluasi Small group (melibatkan sekitar 9 siswa yang
berasakl dari kelompok, menengah dan bawah);
Keempat Field trial
yaitu tahap uji coba luas dengan melibatkan siswa sekitar 30 siswa yang berasal dari kelompokl Atas, menengah
dan bawah. Setiap tahapan muai evaluasi one-to-one, evaluasi small group akan
menghasilkan namanya draft bahan pembelajaran dan setelah field trial baru
dinamakan prototipe bahan pembelajaran.
Khusus untuk langkah yang terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya
tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan
oleh pihak lain. Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk
keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyaio format/standar
tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan
oleh penerbit maka format yg digunakan harus mengacu kepada format yang
digunakan oleh penerbit.
Contoh bahan pembelajaran yang di rancang dengan format
Research dan versi penerbit adalah seperti berikut:
Demikian sekilas cara
mendesain bahan pembelajaran yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawaban. Insya Allah
jika tahapan di atas dilakukan secara benar maka tidak akan terjadi kasus salah
gambar dan lain-lain sebagaimana dahulu pernah terjadi di buku-buku yang beredar di
lingkup dikbud khususnya jenjang sekolah dasar.
Senang bisa membacanya
BalasHapusSalam blogger
www.penamrbams.id
Joss..pak heri..mantab
BalasHapusTeruskan Pak Heri unt berkarya melalui ide2 yg dapat di share ke kami
BalasHapusTerimaksih semoga bermanfaat
BalasHapusKeren pak heri
BalasHapus