Sabtu, 18 April 2020

Meraih Gupres; Perjuangan tanpa Henti


Perjuangan tanpa Henti
 Guru menulis dan Berprestasi


Sigit Suryono, S.Pd, M.Pd
Beliau lahir di kota Sleman, pada tanggal 20 November 1976. Ayahnya bernama Giyono dan Ibunya bernama Waginem. Ketika kecil beliau menikmati keindahan hidup di Desa Ngawen, Trihanggo, Gamping Sleman Jogjakarta.

Pada tahun 1981 beliau memulai pendidikannya di TK yaitu TK Ngawen Trihanggo. Selanjutnya pada tahun 1983 beliau masuk Sekolah Dasar Negeri Jambon II, Trihanggo, Sleman. Enam tahun kemudian, yaitu pada tahun 1989 beliau meneruskan sekolahnya ke SMP Negeri 5 Jogjakarta, dan  pendidikan SMA beliau masuki pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1995. Selanjutnya beliau menepuh pendidkan S1 di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 1995. Beliau kuliah di Fakultas MIPA dengan mengambil jurusan Pendidikan Fisika. Beliau lulus pada tahun 2002. Setelah lulus program S1 dari Universitas Negeri Yogyakarta, pada tahun 2003 beliau melanjutkan pendiidkan S2 di Uiversitas yang sama dengan mengambil jurusan Geknologi Pembelajaran dan beliau di wisuda dan mendapat gelar Magister Pendidikan pada tahun2006.

Aktifitas keseharian beliau adalah sebagai guru mata pelajaran IPA  di SMP Negeri 1 Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul. Aktivitas keorganisasian sangat banyak mulai dari ketua MGMP IPA di Gunung Kidul, trainer ICT, Tim Pengembang TIK, Anggota Litbang MGMP IPA dan sekertaris Rumah Belajar Kemdiknas dari 2012 sampai sekarang. Prestasi beliau juga bejibun.

Karya tulis beliau yang fundamental adalah sebuah novel yang berjudul "aku ingin menghitung rembulan" yang dibuat berdasarkan momen-momen penting pertumbuhan anaknya dengan penuh ppenjiwaan. Pada tahun 2017 Novel ini berhasil menjadi salah satu desiminator terbaik literasi smp tingkat nasional.

Lalu bagaimana beliau dapat menjadi Guru berprestasi tingkat Nasional pada Tahun 2015?
Untuk mencapai kejuaran tersebut beliau sebenarnya mulai menyiapkan diri sejak awal bekerja di SMP Negeri 1 Wonosari. Pada saat itu beliau masih CPNS dan diminta untuk mengikuti kegiatan seleksi simposium tingkat Propinsi  DIY tahun 2006. Ketiak itu beliau melihat ada peluang yang didapat dari senior-seniornya saat pelaksanaan simposium tersebut.  Banyak dari peserta simposium yang ahli dalam penelitian, namun belum banyak yang menguasai TIK. Sebenarnya banyak yang menguasai TIK, tapi mereka tidak mau melakukan penelitian bahkan malas menulis laporan.

Simposium pada waktu itu diikuti oleh semua ketua MGMP SMP maupun pengurus hampir semua bidang study yang ada di propinsi DIY. Setiap Kabupaten wajib untuk mengirimkan peserta dalam kegiatan tersebut. Hal ini beliau anggap sebagai  sebagai sebuah tantangan dan peluang bagi untuk mempromosikan diri kepada para senior.  Hal ini  dikarenakan pada tahun 2006, beliau sudah menyelesaikan S2 untuk jurusan Teknologi Pembelajaran. (walaupun harus kuliah 11 tahun karena S1 hampir DO 7 tahun ditambah langsung S2 3 selama 3 tahun itulah senjata yang handal baginya).

Jadi untuk keberhasilan awal yang dirasakan adalah:
  • Pendidikan amat penting bagi kita saat akan terjun ke dunia kerja, dan ini sudah diberi senjata yang tajam oleh orang tua,
  • Pemilihan jurusan S2 yang tidak linier bagi saya pada saat itu karena pingin punya keahlian yang belum banyak dimiliki oleh teman-teman di dunia pendidikan pada saat itu.

Dari simposium tersebut beliau mulai diminta untuk mengajar Powerpoint, flash, blog, dan lain-lain dari sekolah-sekolah  di wilayah kabapaten gunungkidul. Kemudian lintas MGMP dan selanjutnya  diminta untuk menjadi trainer kegiatan di tingkat kabupaten maupun tingkat propinsi.

Kemudian ajang lomba mulai beliau jajaki. Kegagalan setiap mengirimkan karya, dan proposal berkali-kali dirasakan. Namun beliau pantang menyerah terus mencari informasi lomba lewat web maupun blog tentang info lomba. Akhirnya beliau mengambil kesimpulan “Jangan tunggu informasi dari dinas karena pasti akan terlambat”.  Kegagalan-kegagalan yang ada di depan mata saat lomba, bahkan karya terbaik yang beliau buat masih kalah dalam lomba padalah pada saat itu karya yang beliau buat lebih baik dari karya peserta lomba lain? "Inilah masalah baru bagi pemain lomba"

Oleh karena itu beliau kemudian melakukan riset: “Kenapa selalu kalah?” Beliau merenung dan berusaha mencari solusi terbaik. Allahpun memberi jalan, pada ahun 2009 belia mulai mencicipi hasil kejuaran dari tingkat kabupaten, regional, maupun propinsi. Namun prestasi beliau belum mapu mencapai tingkat nasional. Enam  kali beliau hnaya berhasil menjadi finasil lomba tingkat nasional. Lalu apa penyebabkannya?". Pertanyaan itu menumpuk dan menggunpal di otaknya.

Beliau mencoba untuk mebuat formula saat kita benar-benar ingin mengikuti lomba tingkat nasional maka kita harus melakukan bebrapa langkah yaitu:
  • Mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya karya yang akan kita ikut lombkan (kecuali masih tahap awal karena hanya ingin mencoba berhasil/tidak ya gagal/tidak)
  • Karya yang kita ikutkan dalam lomba bukan karya yang instan artinya karya yang kita buat tidak maksimal karena hanya membuat karya saat akan ada lomba, namun siapkanlah karya yang dibuat itu jauh hari bahkan mungkin 1 tahun pengerjaan yang di dalamnya ada jiwa dan ruh kita, semangat kita.
  • Jika kita lolos ke nasional perlu di lihat kembali apa saja yang akan dinilai saat kita mengikuti lomba tersebut, apakah karyanya ataukah presentasinya (hal ini sangat penting saat kita mengikuti suatu lomba),
  • Siapkan diri, pribadi, mental dan juga fokus pada lomba,
  • Saat presentasi lomba fokus pada materi yang akan kita sampaikan, jangan sampai keluar dan menyimpang dari presentasi yang kita siapkan karena akan banyak memakan waktu.

Kegagalan-kegagalan di awal ketika beliau ikut lomba di tingkat nasional, karena pada saat pemaparan beliau sering melakukan presentasi yang keluar jalur. Presentasi yang dipaparkan bukan pada pokok media atau penelitian yang saya buat misalnya ( siapa saya, prestasi apa yang saya miliki, membanggakan organisasi, sekolah, maupun yang lainnya sehingga keluar jalur dari presentasi yang seharusnya saya harus fokus pada media yang saya presentasikan).  Hal-hal seperti ini sangat penting diperhatikan, karen aakan membuat kita kehabisan waktu. Beliau pernah gagal di ajang inobel tahun 2009.  Saat itu  beliau kehabisan waktu karena hanya menceritakan siapa beliau, dan lain-lain yang akhirnya harusnya dari teman-teman peserta pada saat itu masuk 3 besar ternyata tidak masuk. Ini pengalaman pahit dan menyesakkan.

Semua orang pasti pernah merasakan kegagalan. Pun bagi orang-orang yang ikut lomba. Pilihannya jelas gagal atau juara. Kalau gagal maka kita harus melakukan evaluasi. Kalau menang jangan jumawa, karena suatu saat bisa juga kita akan kalah. Kekalahan ini juga bisa disebabkan ketika kita tidak bisa mengontrol diri "AKU-nya yang muncul", sehingga saat presentasi di lomba lain bisa kalah dengan orang lain. Maka beliau berpeeasn bagi yang ingin ikut lomba Gupres, INOBEL, LKG dan lain-lain, terus belajar-belajar dan belajar, belajar dimana saja, kapan saja dengan siapa saja" (seperti slogan Rumah Belajar) ya.

Terakhir beliau memberikan  tips untuk dapat mengikuti lomba Gupres. Insya Allah bila alur dan lika-liku pedoman ini dilaksanakan, kita akan mendapat hasil yang terbaik. Berikut tipsnya:
  1. Cermati isi dari pedoman tersebut berkaitan dengan proses penilaian dari tingkat Kabupaten, Tingkat propinsi, dan tingkat Nasional.
  2. Buat portofolio 8 tahun terakhir sesuai dengan ketentuan dari buku pedoman pemilihan guru berprestasi. [ kumpulkan semua karya bapak ibu guru yang sudah dibuat selama 8 tahun terakhir, untuk bukti fisik berupa Surat tugas, piagam, dll, diligalisir oleh atasan langsung]
  3. untuk tahun 2015 syarat portofolio kita adalah 8 tahun. itu hal yang menantang bagi peserta gupres maka penting untuk mengarsipkan semua kegiatan yang pernah kita lakukan dari tahun ke tahun ( alhamdulillah karena pengalaman tahun 2006 tersebut saya masih memiliki semua arsip yang dibutuhkan untuk mengikuti gupres, seperti undangan, catatan singkat/ laporan singkat setiap kegiatan yang saya ikuti, foto, video dan dokumentasi, piagam dan sertifikat yang lain selama 8 tahun tersebut hampir semuanya lengkap sehingga memudahkan untuk menyusun portofolio tersebut)
  4. Persiapkan naskah inovatif dan sesuaikan cara penulisannya sesuai dengan kaidah penulisan masing-masing karya. Tampilkan karya inovasi terbaik yang bapak/ ibu guru miliki dan selalu memperhatikan dari buku pedoman pemilihan guru berprestasi tingkat nasional.[ karya bisa berupa PTK, best practice, maupun penelitian yang lainnya seperti penelitian eksperimen, penelitian R&D, dll] jangan lupa buat presentasinya menggunakan Ms Powerpoint atau yang lainnya.
  5. Buat makalah evaluasi diri mengapa saya layak sebagai guru berprestasi dengan tema dan tata penulisan sesuai dengan ketentuan pedoman guru berprestasi. [jika dalam pedoman tidak ada makalah evaluasi diri maka makalah ini tidak perlu dibuat]
  6. Persiapkan video pembelajaran untuk satu tatap muka yang mencerminkan proses pembelajaran yang benar sesuai dengan rpp yang kita buat. [syarat yang maju ke tingkat nasional]
  7. Setelah itu semua siap maka hal yang kita lakukan adalah melalui tahapan-tahapan seleksi guru berprestasi dari tingkat kabupaten sampai nasional.


Tahapan-tahapan seleksi guru berperstasi adalh sebagai berikut:
A. Lomba Guru Berprestasi tingkat Kabupaten meliputi:
  1. Test tertulis meliputi Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional
  2. Test Wawancara meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Prefesional, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Kepribadian.
  3. Presentasi dan wawancara Karya Tulis Ilmiah.


B. Lomba Guru Berprestasi Tingkat Propinsi meliputi:
  1. Test tertulis meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Profesional
  2. Test wawancara meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Profesional
  3. Psikotest
  4. Presentasi dan wawancara Karya Tulis Ilmiah.


C. Lomba Guru Berprestasi Tingkat Nasional meliputi:
  1. Test tertulis meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Profesional
  2. Test wawancara meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Profesional
  3. Psikotest
  4. Presentasi dan wawancara Karya Tulis Ilmiah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar