Senin, 18 Mei 2020

Menciptakan Pola Belajar Yang Efektif Dari Rumah


Menciptakan Pola Belajar Yang Efektif Dari Rumah

Sejak presiden Joko Widodo dengan tegas menghimbau untuk bekerja dari rumah,  ibadah dari rumah dan belajar dari rumah. Memaksa para pegawai pemerintah, karyawan dan guru untuk membatasi aktifitas fisik. Semua pekerjaan tak terkecuali ibadah dilakukan dari rumah. Kebijakan ini ambil seiring dengan semakin ganas dan meluasnya penyebaran virus covid 19. Tiap hari korban terinfeksi bertambah dan grafik korban meningal dunia semakin naik.  

Kebijakan yang diambil pemerintah ini, membuat dunia pendidikan kita menjadi berubah 180 derajat. Dari tatap muka secara fisik menjadi pembelajaran jarak jauh. Hal ini seperti memberikan shock therapy bagi guru, orang tua dan peserta didik. Banyak guru belum mengenal apa itu pembelajaran daring dan bagaimana melakukannya. Demikian pula dengan pula dengan orang tua dan peserta didik. Mereka masih belum familiar dengan pembelajaran daring. Dan harus kita akui bahwa selama ini dunia pendidikan kita seakan-akan acuh terhadap pembelajaran online ini. Tapi semenjak covid19 memporakporandakan tatanan pendidikan membuat guru, orangtua, dan peserta mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan pembelajaran daring.

Pembelajaran secara daring merupakan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan perangkat komputer atau gadget yang saling berhubungan di mana guru dan peserta didik berkomunikasi secara interaktif dengan memanfaatkan media komunikasi dan informasi. Pembelajaran ini sangat bergantung dengan koneksi jaringan internet yang menghubungkan antar perangkat guru dan para peserta didik. Dalam proses selanjutnya orang tualah yang sangat berperan dalam memberikan bimbingan pembelajaran di rumah. Pembelajaran jarak jauh ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa ada kerjasama dari guru, orang tua, dan peserta didik. Ketiganya harus saling berkelindan. Ditambah dengan jaringan internet yang stabil.

Bagi daerah-daerah terpelosok dan kondisi ekonomi peserta didik yang kurang, pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan daring merupakan kendala besar. Kondisi seperti ini sebenarnya bukan hal baru buat Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Kreativitas dan inovasi guru sangat diperlukan dalam memberikan solusi dari masalah yang dihadapi. Bila pembelajaran jarak jauh tidak dapat dilaksanakan, maka gunakan pembelajaran jarak dekat. Bila alat komunikasi tidak ada, maka guru dapat mengunjungi rumah peserta didiknya. Mmang dibutuhkan pengorbanan luar biasa untuk menjadi guru tangguh berhati cahaya. Apalagi bila rumah peserta didik dan guru sangat jauh. Itu adalah resiko dari sebuah pengabdian, terutana buat guru di daerah 3T. Mereka adalah guru guru tangguh yang selalu datang dengan solusi dari masalah yang dihadapi, walaupun peran pemerintah di daerah sangat kurang. Meraka  yakin dengan pesan pak Harfan dalam film Laskar Pelangi. Hiduplah dengan memberi sebanyak banyaknya, bukan menerima sebanyak banyaknya.

Prinsip belajar dari rumah
Kali kami mendapat pelajaran yang luar biasa dari Bapak Wijaya Kusuma yang biasa dipanggil om Jay. Beliau memberikan materi tentang Menciptakan Pola Belajar Yang Efektif Dari Rumah. Belajar dari rumah dengan menggunakan internet merupakan pengalaman baru bagi guru, peserta didik, dan orang tua. Menurut om Jay dibutuhkan prinsip yang harus diperhatikan dalam menciptakan pola pembalajaran dari rumah ini. Prinsip itu adalah kegiatan pembelajaran harus menyenangkan semua. Peserta didik senang, orang tua senang dan gurunya juga senang. Akses internet lancar, sehingga guru bisa menggunakan berbagai aplikasi yang sesuai dengan kondisi peserta didik di rumah. Bagaimana kalau seandainya peserta didik terkendala tidak memiliki HP atau jaringan yang lemot, maka  solusinyaadalah  gunakan teknologi yang ada. Kalau yang ada kertas atau buku, maka gunakan itu.  Sebab mau tidak mau, suka atau tdk suka, peserta didik dan guru akan dipaksa menggunakan teknologi baru untuk meningkatkan SDM unggul. Sebagai guru kita harus sabar dan gunakan fasilitas yang ada. Ingatlah film Laskar Pelangi, ditengah keterbatasan, justru bu Muslimah dapat melahirkan anak anak yang hebat dan bisa berkeliling dunia.

Gunakan teknologi yang ada untuk menciptakan pola pembelajaran yang efektif dari rumah. Bila adanya hanya WA Group, gunakan WA Group tersebut dengan memadukan antara teks, foto dan video. Guru diharapkan untuk mampu melejitkan keterampilan menulis peserta didik lewat blog di internet. Sebab peserta didik dapat belajar menulis secara online melalui blognya masing-masing. Peserta didik dibiasakan untuk menulis apa yang ingin disampaikannya, dengan begitu bukan hanya lisan saja yang terlatih, tapi juga tulisan.

Berikut contoh PJJ sekolah dasar, https://www.youtube.com/watch?v=9uvfiZuh9vs


Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola adalah suatu system kerja atau carakerja sesuatu. Sedangkan menurut Kamus antropologi, pola adalah rangkaian unsur-unsur yang sudah mantap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam menggambar atau mendeskrifsikan gejala itu sendiri.

Belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahan tersebut dalam bentuk peningkatan prilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.

Efektif bisa diartikan sebagai suatu yang dapat mencapai tujuan maksimal yang diharapkan. Pengertian efektif merupakan suatu usaha yang dilakukan secara maksimal sesuai yang diharapkan, selain itu efektif juga bisa diartikan sebagai salah satu usaha yang tidak pernah lelah sebelum harapan yang di inginkan belum tercapai. (https://pengertiandefinisi.com/pengertian-efektif/). Sementara rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah yang nyaman dapat memberikan kenyamanan bagi yang menepati rumah tersebut. Ada istilah yang mengatakan Baiti Jannati Rumahku adalah Surgaku

Berdasarkan definisi-definisi  diatas pola Belajar efektif dari rumah dapat diartikan sebagai suatu susunan kegiatan yang dapat di gunakan untuk melakukan proses perubahan tingkah laku yang maksimal dari suatu tempat yang nyaman agar dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.

Menciptakan pola belajar di rumah
Pola belajar dirumah dapat diciptkakan dengan cara membuat rencana kegiatan belajar, membuat perencanaan, penjadwalan yang berlangsung terus menerus di dalam rumah. Dengan demikian peserta didik yang melakukan pola belajar efektif dari rumah dapat melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan rencan dan jadwal telah dibuat di rumah. Kegiatan ini harus di ikuti secara konsisten, disiplin dan terjadwal. Rumah sebagai tempat tinggal dapat dijadikan sarana pembelajaran yang membuat nyaman bagi peserta didik. Penjadwalan kegiatan dapat di buat sebagai patokan untuk melakun kegiatan belajar misalnya dengan membuat jadwal dari mulai bangun tidur sampai ke tidur lagi.

Ada guru yang bertanya apakah jadwal belajar itu di tentukan oleh guru berdasarkan jadwal pelajaran seperti hari-hari biasa atau kah di rubah, lalu bagi anak usia SD dapatkah kita ukur pencapaian ranah kognitif nya dalam satu hari satu mapel?  Jelas jadwal harus berubah. Kegitan juga tidak sama dengan tatap muka di sekolah. Pembelajaran lebih kepada 3 hal yaitu literasi, numerasi, karakter dengan memadukan iptek dan imtak. Untuk peneilian guru dpat melakukan penilaian berbasis proyek atau potofolio, disesuaikan dengan kondisi murid SD.

Dalam menciptakan pola belajar yang efektif dari rumah, kita sudah membuat jadwal dan berharap peserta didik juga dapat melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal tersebut. Tapi pada kenyataannya, ada sebagian peserta didik yang kurang memperhatikan jadwal tersebut. Hal ini dapat menghambat kelancaran proses pembelajaaran sesuai  jadwal yang disampaikan. Untuk mengatasi hal ini, guru harus melakukan evaluasi dan refleksi diri.  Mungkin ada yg kurang tepat disampaikan kepada pesrta didiknya. Kolaborasi guru sangat penting dalam memecahkan masalah ini. Oleh karena itu komunikasi dengan teman sejawat sangat diperlukan dalam menciptkan pola pembelajaran yang efektif dari rumah. Pembelajaran jarak jauh harus membuat peserta dekat dengan gurunya, bukan justru menjauhkannya dengan guru. Selain itu perlu ada komunikasi dengan orang tua peserta secara terus menerus.

Kesimpulan
Dari uraian diatas  dapat disimpulkan bahwa dalam menciptakan pola pembelajaran efektif dari rumah, guru harus mempunyai peta kelas atau kondisi peserta didik di rumah dan disesuaikan dengan kondisi guru di rumah. Artinya, komunikasi guru dan peserta didik dari rumah masing-masing harus membuat mereka saling berinteraksi dan berdiskusi sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna. Semua itu bisa dilakukan bila kegiatan pembelajaran jarak jauh dibuat secara terjadwal. Kegiatan harus membuat peserta didik menjadi mandiri dan menemukan kemerdekaan belajar.

Salam blogger. Menulislah setiap hari

Sabtu, 16 Mei 2020

Srorytelling; Menembus Batas Digital Marketing


Srorytelling; Menembus Batas Digital Marketing 

Berbagai cara orang atau lembaga lakukan untuk dapat mamasarkan produknya. Dari yang terang-terangan dengan cara memaksa, penipuan secara halus, sampai memasukkan doktrin produk tanpa terasa oleh kunsumennya. Salah satu strategi pemasaran yang layak diperhitungkan dalam dunia digital marketing adalah Storytelling. Apa dan bagimana story telling itu, berikut paparan hasil bincang-bincang dengan Budiman Hakim yang biasa dipanggil Om Bud 

Apa sih storytelling itu?
Storytelling storytelling adalah menyampaikan sebuah narasi, alur atau cerita. Gampangnya adalah mendongeng

Siapa yang pernah didongengin orangtua waktu kecil? Pasti banyak ya. Nah, pernah suatu hari Om Bud ngajar di Laku Kopi Bintaro. Salah satu pesertanya ada yang berusia 70 tahun. Ibu ini mengaku dia sering didongengin. Hebatnya ibu ini masih inget cerita si Kancil yang dibacakan orangtuanya waktu dia berusia 5 tahun. Coba bayangkan! Ibu itu usianya 70 tahun dan masih bisa mengingat dongeng yang dia dengar 65 tahun yang lalu. Ck…ck…ck…  Luar biasa kan?

Dan ternyata ini tidak hanya terjadi pada ibu itu tapi dialami oleh banyak sekali orang di dunia. Hal inilah yang membuat pakar-pakar marketing berpikir,  “Kalo iya sebuah cerita mampu menanamkan pesan sedemikian dahsyat, kenapa cara mendongeng tidak dijadikan saja sekalian sebagai strategi marketing?”  Setelah  ditela’ah lebih dalam, ternyata cara menyampaikan pesan melalui cerita memang adalah cara yang terbaik. Kenapa? Karena, ternyata, bercerita adalah juga cara Tuhan dalam menyampaikan pesan pada umatnya. Dan ini bisa kita lihat dan buktikan dalam semua kitab suci agama apapun.

Contoh storytelling

Coba diliat dulu video ini. Semoga bisa dibuka ya....

Setelah melihat video ini kita bisa menarik kesimpulan:
Ciri-ciri sebuah storytelling adalah:
1. Kekuatannya ada pada cerita. Brand  sering muncul belakangan
2. Kalaupun brand muncul di depan kehadirannya menjadi bagian dari cerita itu   
    sehingga tetap tidak terlalu terasa bahwa itu adalah iklan
3.Brand terlihat muncul seperti btw tapi sebenernya kehadirannya kuat
4. Brand diperlakukan secara netral dan tidak sebagai hero
5. Nuansa iklannya hampir gak terasa
6. Suprisenya Tinggi sehingga orang mau nge-share.

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang storytelling, ada baiknya kita memetakan dan mempelajari macam-macam cara orang berjualan yang sering dilakukan orang:

Rough Selling; Cara berjualan dengan cara kasar dan menyakiti hati konsumennya. Misalnya produk MLM. Mereka mengundang orang untuk datang ke suatu tempat cuma ngasih tau bahwa ada prospek bisnis. Pas kita datang ke rumahnya, ternyata mereka jualan. Begitu juga yang terjadi pada orang yang jualan asuransi. Seringkali salesgirlnya berjualan dengan cara yang memaksa sehingga kita jadi kesel dan marah. Cara berjualan seperti ini biasanya membuat orang jadi tidak bersimpati pada brand kita.

Hard Selling; Hard selling adalah cara berjualan dengan cara berteriak-teriak seperti tukang obat. Yang diteriakkan biasanya semua tentang kehebatan dan semua benefit yang ada di brandnya. Cara berjualan seperti ini biasanya sulit untuk dipercaya karena janjinya too good to be true. Kalo di contoh hard selling disosial media  “Apakah anda ingin mempunyai bisnis yang mendongkrak penghasilan minimal 100 juta perbulan, bahkan bisa anda kerjakan secara sambilan lewat notebook, dab gadget anda dengan cara yang mudah!!!!”

Soft Selling; Cara berjualan secara halus dengan tone and manner yang elegan. Meskipun caranya halus, orang tentu saja tau bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini mungkin menyenangkan calon konsumen tapi karena tahu bahwa itu iklan, mereka sering enggan untuk nge-share. Coba lihat iklan ini. Gak ada satupun kata-katanya yang jualan. Kata-katanya justru berisi puisi dari seorang anak untuk bapaknya di Father's day...

Semuanya hanya tulisan yaitu:
Because I’ve known you all my life
Because a red Rudge bicycle once made me the happiest boy on the street
Because you let me play cricket on the lawn
Because you used to dance in the kitchen with a tea-towel round your waist
Because your cheque book was always busy on my behalf
Because our house was always full of book and laughter
Because of countless Saturday morning you gave up to watch a small boy play rugby
Because you never expected too much of me or let me get away with too little
Because of all nights you sat working at your desk while I lay sleeping in my bed
Because you never embarrassed me by talking about the birds and the bees
Because I know there’s a faded newspaper clipping in your wallet about my scholarship
Because you always made me polish…

Covert Selling; cara beriklan dengan cara menyembunyikan brandnya. Orang tidak tau dan tidak merasa bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini biasanya tidak disukai oleh Team Marketing.  Kenapa demikian? Karena mereka merasa apa gunanya bayar mahal-mahal kalo brandnya disembunyikan? Hehehehe. Mereka gak tau bahwa covert selling adalah cara yang paling ampuh untuk mendapatkan share. Orang merasa gak keberatan nge-share karea merasa itu bukan iklan.
Contoh covert selling dapat diakses melalui https://www.kompasiana.com/budiman_hakim/551ae0a4a33311be20b65a69/hnp-bisa-disembuhkan-tanpa-operasi?page=all

Storytelling adanya dimana?
Storytelling ada di antara soft selling dan covert selling. Kalo digambarkan kira-kira begini. 

Storytelling ada di irisan antara soft selling dan covert selling. Diharapkan sebuah storytelling, komunikasinya bisa halus dan elegan seperti soft selling tapi juga sekaligus mampu mendapatkan share sebanyak mungkin seperti covert selling.

Storytelleing dalam teks

PUYUNGHAY SIALAN

Habis benerin NOTE-5 di North bridge PIM saya mampir ke bakmi GM kangen sama Puyunghay yg menurut saya memang nomer satu di dunia. Saya order sepiring nasi goreng dan seporsi Puyunghay. Sambil menunggu puyunghay tiba saya foto2 nasi goreng sepuasnya. Takut keburu dingin saya makan nasi goreng dikit-dikit sambil nunggu puyunghay. Sialnya sampai nasi goreng habis Puyunghay sialan itu belum juga tiba. Lalu saya pakai jurus pamungkas yg selalu berhasil. Saya panggil waiter lalu saya bilang "Order Puyunghay saya batalkan, saya minta uang kembali"

Lalu saya dengar ribut2 dari arah dapur dan sekejap kemudian Puyunghaysialan itu terhidang. "Bungkus" kata saya setengah membentak. 2 menit kemudian saya keluar dari resto bakmi GM menenteng bungkusan Puyunghay sialan itu. Kalau puyunghay ini rasanya sedang2 saja barangkali saya sudah kapok balik dan bakmi GM saya masukkan ke Brand Hell. Sayangnya puyunghai bakmi GM memang enak tenan. Sialaaaan!
Oleh: Subiakto Priosoedarsono

Storytelling dalam bentuk image

Coba sekali-klai lihat iklan dibeberapa bilboard. Ada banyak iiklan yang hanya mengandalkan gambar yang bercerita. Gak satu huruf pun di sana kecuali kata-kata dalam produk yang diiklankannya.


Memasarkan produk atau brand di social media.
Brand adalah apa yang orang ceritakan tentang kita. Jadi, apapun bisnis kalian, konsumen harus mempunyai pengalaman unik untuk diceritakan pada komunitasnya. Nah, persoalannya adalah bagaimana kalau ternyata produk kita tergolong generik? Setelah dipikir-pikir ternyata brand kita tidak ada bedanya dengan brand kompetitor. Repot juga, kan? Kalau itu yang terjadi maka Kita Perlu  Menciptakan Sesuatu sehingga konsumen tetap mempunyai pengalaman yang menarik untuk diceritakan. Caranya bagaimana?

Beliau kemudian bercerita 
Saya punya temen namanya Iwan SJP. Dia pergi ke Starbucks mengajak seorang temennya bernama Abigail. Seperti kita ketahui, setiap kali kita memesan kopi, baristanya akan menanyakan nama pembeli lalu mereka tuliskan di atas cup kopi kita. Nah, masalahnya, Barista tersebut salah menuliskan spellingnya. 'Perusahaan multinasional kok bisa salah menuliskan ejaan?' Karena kesal Iwan SJP memotret cup bertuliskan nama yg salah tersebut dan mempostingnya di FB.  Ini postingan Iwan

Kenapa kok bisa begitu, ya? Nah, ini yang kocak! Iwan tidak mengetahui bahwa Barista tersebut ternyata menulis dengan ejaan yang salah secara sengaja. Starbucks sedang memberi konsumennya bahan untuk diceritakan. Tanpa disadari orang yang terjebak itu telah menjadi brand ambassador gratisan.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa di era digital, orang tidak takut melakukan hal yang cenderung negatif dalam berkomunikasi. Buat mereka mendapat liputan itu jauh lebih penting dari nama baik. Dan strategi itu udah sangat biasa dilakukan oleh orang di seluruh dunia baik itu artis atau politisi. Kalo kalian perhatikan di video tadi, Sang Barista tanpa merasa bersalah mengatakan, "I am fucking with you." Sebuah ungkapan yang sangat tabu dalam dunia periklanan dan branding sebelum jaman digital. Digital telah memporaporandakan tata nilai, norma sampai bahasa. 

Seorang temen beliau pernah berkata, “Gak usah heran, Om Bud, Starbucks mah duitnya banyak. Jadi mereka bisa dengan mudah membayar orang pinter untuk membuat strategi marketing seperti itu. Orang Indonesia mah jangan diharepin. Boro-boro membuat strategi seperti itu, kepikiran aja kagak.” Omongan temen beliau ini salah besar. SEkarang banyak sekali ditemukan orang-orang lokal yang membuat strategi jenius dan gak kalah sama strategi Starbucks di atas. Dan hebatnya mereka adalah pebisnis-pebisnis skala kecil dan menengah. Contonhya adalah:

SOTO GEBRAK

Pernah mendengar Soto Gebrak? Boleh percaya boleh tidak, soto gebrak buat sebagian orang rasanya biasa aja. Soto Ambengan Pak Sadi di Jalan wolter Monginsidi rasanya jauh lebih enak. Soto Kudus di Jalan Wijaya 1 lebih gurih, Soto Mie di Jalan Pinangsia lebih mantap dan Soto Betawi Pondok Pinang lezat bukan main walaupun harganya terhitung mahal. Tapi toh dia tetap menceritakan pengalamannya makan di Soto Gebrak. Kenapa? Ketika kita memesan soto, maka kokinya akan membanting botol kecap ke atas kayu yang dilapis seng. Setiap kali botol digebrakkan ke meja maka akan terdengar suara yang sangat memekakkan telinga. Hahahahaha kocak ya?
Setiap kali temennya ngajak makan siang, maka sering banget dia ngajak mereka makan di sana, terutama yang belom pernah ke tempat itu. Kenapa dia ngajak mereka kesana padahal makanannya gak begitu enak? Karena dia pengen mereka kaget seperti dia pertama kali. Karena dia punya sesuatu untuk diceritakan. Jadi dia berkesimpulan bahwa pemilik soto gebrak ini menyadari bahwa rasa sotonya tidak cukup kuat untuk diceritakan oleh konsumennya. Karena itu dia menciptakan gimik dan merekayasa sesuatu supaya konsumennya punya pengalaman untuk diceritakan.
Artinya, owner soto gebrak ini secara intuisi telah menciptakan strategi marketing keren yang tidak kalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan multinasional sekelas Starbucks. Gebraknya membuat konsumen punya sesuatu unttuk diceritakan. Bukan sotonya.

SIOMAY PINK
Pernahkah mendengar Siomay Pink? Siomaynya sih biasa-biasa aja seperti siomay pada umumnya. Yang berwarna pink adalah benda-benda lain di luar siomay. Dulu dia sering nongkrong di Jl. Jend. Sudrman, Jakarta pas car free day. Biasanya dia suka mangkal di setia budi atau di Bundaran HI. Bagi orang-orang yang  sering datang ke Car Free Day bersama anak-anak dan isteri saya, biasanya mereka menetapkan Siomay PINK sebagai meeting point.
Bagi yang sering makan di sana dan kembali tidak membuat puas. Rasanya sih biasa aja tapi karena berfungsi sebagai meeting point, mereka tetep nongkrong di situ dan membeli beberapa siomay untuk menyenangkan hatinya.

Belakangan kita mendapat cerita lain tentang penjual siomay pink ini. Namanya Bapak Sriyono asli dari Klaten. Warna Pink adalah warna favorit anaknya. Nama anaknya adalah Peksi Safira Miradalita. Pak Sriyono bercerai dengan istrinya ketika Peksi baru berusia 3,5 tahun. Dan tragisnya, Pak Sriyono tidak diizinkan untuk bertemu dengan anaknya itu. Nah loh, sebuah cerita lagi, kan?
Hati kita pasti tersentuh sekali mendengar cerita itu. Kita  tidak bisa membayangkan kalau seandainya kita tidak bisa bertemu dengan anak kita seperti yang dialami oleh Pak Sriyono. Sebagian orang, setiap kali pergi ke Car Free Day, selalu makan siomay Pink. Dan kebanyakan dari mereka.
ke sana bukan karena siomaynya. Siomaynya gak enak! Mereka kesana karena ceritanya. Luar biasa kan pengaruh sebuah cerita?

Lalu dalam dunia digital ini, apakah melakukan hal negatif kemudian disorot media adalah hal lumrah dalam menjalankan strategi bisnis? Dunia digital memang telah melakukan disruption luar biasa. Semua peradaban berubah. Suka gak suka kita harus menerimanya.Misalnya Fadli Zon, Fahri Hamzah dan Rocky Gerung. Mereka sengaja menempatkan diri sebagai tokoh antagonis. Karena mereka tau setiap talkshow politik, pasti formatnya sama. Dua kubu diadu untuk berargumentasi.
Ketiga orang tersebut memilih sisi antagonis karena sisi protagonis terlalu banyak pesaing. Dan ternyata strategi mereka tepat. Mereka jadi langganan ILC dan talkshow-talkshow selalu mengundang mereka. Begitulah yg terjadi di social media...
Jadi pointnya adalah di dunia digital bukan tentang positif atau negatif. Tapi yang penting dapet liputan (Exposure) sebanyak mungkin. Cara ini sudah lama dilakukan oleh Syahrini. Dia sering bikin video norak seperti maju mundur maju mundur. Itu video sengaja dibuat untuk memancing netizer agar membully Syahrini. Dengan kata lain,  merangkai cerita dalam sebuah digital marketing adalah untuk sebuah eksistensi, tanpa peduli akan adanya "kegaduhan". Jadi apakah akan terjagi bully, tidak  masalah. Lagi-lagi yang penting exposure. Coba liat tweet-teet nya ketiga orang di atas. Liat komen-komen yang ada. 75% isinya bully-an semua. Apakah ketiga orang itu terganggu? Justru mereka bersyukur merasa pancingannya dimakan umpan. Pokoknya pointnya sederhana: Bagaimana mendapatkan exposure sebanyak mungkin

Jumat, 15 Mei 2020

Cintai penolakan penerbit dengan terus menulis



Ketika ditolak penerbit

Menerbitkan buku adalah impian semua penulis. Tapi impian itu kadang tidak berbanding lurus dengan kenyataa. Tulisan ynag sudah kita susun untuk menjadi buku, tidak jarang ketika dikirim ke penerbit ternyata mendapat penolakan. Ambyar sudah impian itu, sedih rasanya buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Begitulah perasaan yang menggelayuti blogger dan yuutuber Wijaya Kumsuma atau yang biasa di panggil om. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. “Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi” kata beliau. Tapi  itu dulu,  ketika pertama kali beliau menulis dan igin menerbitkan bukunya.  

Terbukti sekarang dengan kerja keras dan pantang menyerahnya, banyak sudah buku yang beliau terbitkan. “Saya termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para penerbit mayor, saya tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada. Saya menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit.” Papar beliau ketika mengenang peristiwa beberapa tahun ke belakang.

Berkali beliau gagal, lekas bangkit dan cari akal. Berkali jatuh lekas berdiri dan pantang mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan diri dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.
Langkah selanjutnya adalah memperbaiki tulisan. Kemudian baca kembali pelan-pelan dan perbaiki beberapa kekurangan. Untuk lebih meyakinkan lagi isi tulisan itu, ada baiknya meminta pendapat beberapa teman yang dipercaya.  Mintalah mereka untuk memberikan masukan. Dari sinilah, insya Allah, tulisan kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Dan hasilnya...taraaaaaa....  Sakit hati itu terasa terobati. Ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya. Ketika semauanya sudah diperbaiki, maka para pembimbing skripsi dan tesis itu akan menerimanya dengan senang hati.
Beliau sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang  disusunnya.  Dengan begitu beliau banyak belajar agar buku yang disusunnya menjadi layak jual. Kalau seandainya naskah buku itu  langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Bukunya bisa terbit, tapi tidak banyak pembelinya. Bukunya tidak menarik hati pembaca.

Dari pengalama ditolak penerbit mayor, beliau semakin banyak belajar untuk terus memperbaiki tulisannya, sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Memang butuh waktu lama untuk mengerjakannya. Tapi pantang menyerah. Beliau pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca. Saat itu mendapatkan nafas baru dari membaca buku best seller, semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.

“Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. kucinya satu mau belajar dan pantang menyerah.”
Dengan terus memperbaiki dan perbaiki, penerbit mayor akan melirik tulisan kita dan kemudian menerbitkan buku tanpa keluar uang satu senpun. Kita akan tersenyum ketika royalti buku mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kita dapatkan bila buku yang ditulis laku keras. Begitulah yang dialami Wijaya Kusuma ketika memnrima royalty buku yang ditulisnya.

Ada beberapa orang mungkin bingung bagaimana agar tulisan dicetak menjadi buku.  Tips beliau ketika memulai karir sebagai penulis adalah beliau mengirimkan tulisannya ke penerbit dalam bentuk cetak dan dijilid. Tapi seiring dengan berjalannya waktu dan para penerbit mulai melirik karya-karyanya, sekarang beliau mengirimkan tulisannya melalui email. Beliau juga  bersedia membantu para penulis pemula untuk meneruskan ke penerbit Andi, Yogyakarta cukup dengan mengirimkan karya-karya tulisan ke email Om Jay: omjaylabs@gmail.com.


Kamis, 07 Mei 2020

Motivasi Menulis Buku dan Berprestasi


Motivasi Menulis Buku dan Berprestasi

Materi kali ini disampaikan oleh Dr. H. IMRON ROSIDI, S.Pd., M.Pd., beliau lahir di Surabaya, 10 Juni 1966. Pengabdian beliau sebagai guru sudah sangat luar biasa yaitu 36 tahun, 5 bulan.  Pendidikan terakhir beliau adalah  Pascasarjana S3 bahasa Indonesia. Sepanjang karirnya sebagai guru beliau sudah memperoleh banyak prestasi yaitu: Juara III Lomba Penulisan Buku tingkat nasional tahun 2004,  Juara III Lomba Karya Ilmiah Jawa Timur tahun 2005, , Juara II tingkat Nasional Lomba Keberhasilan Guru tahun 2006, Terpilih sebagai peserta pertukaran tokoh masyarakat Indonesia-Amerika 2006, Juara II  Lomba Penulisan Buku tingkat nasional tahun 2009, Penulis artikel terbaik versi majalah Media Jatim tahun 2010 dan 2011, Juara I Guru Prestasi Tingkat nasional tahun 2011, Juara I Guru Prestasi tingkat Jatim tahun 2011, Terpilih menjadi peserta kunjungan ke Australia tahun 2013, Juara Lomba Best Practice Tingkat Nasional tahun 2014, Juara 1 Menulis Legenda Pasuruan 2016, Instruktur Nasional Kepala Sekolah Kurikulum 2013 Tahun 2015, Narasumber untuk Instruktur Nasional Kurikulum 2013 untuk guru, Narasumber penulisan buku tingkat nasional, Narasumber penyusunan PKB Guru dan KS, 

Selain itu beliau juga sebagai penulis buku pelajaran, buku pendidikan dan buku umum dari penerbit UM Press, Kanisius, Sidogiri Press, dan lain-lain. Beberapa artikel beliau tulis di majalah Media Jatim dan Radar Bromo serta artikel ilmiah pada beberapa Jurnal. Beliau juga sebagai Juri Lomba Guru Prestasi Tingkat Jawa Timur selama 4 tahun dan koordinator penilaian DUPAK Guru dan KS tingkat Jawa Timur.

Pada kesempatan kali ini, beliau menyampaikan materi dengan memberikan slide show power point dan diperkaya dengan diskusi melalui WA. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada orang yang tidak bisa menulis buku. Yang ada adalah orang yang tidak mau menulis buku.

Mengapa kita bisa menulis buku?
Ada beragam motivasi orang untuk menulis, dari yang ingin mencari identitas diri, untuk mendapatkan uang/royalty, popularitas, bahkan hanya karena kewajiban atau terpaksa menuis karena tugas saja. Dan semuanya hanya bermuara kepada kehidupan dunia saja. Sebagian lain mereka ingin berbagi inspirasi, menyuarakan kebenaran, dan menyebarkan ilmu.
“Menulis itu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan” ungkapnya. Kita semua punya gagasan, pikiran, dan perasaan, berarti pastilah bisa menulis. Selanjutnya beliau mengubaratkan dengan seseorang yang bisa lancar berbicara. Setiap bertemu langsung berbicara tanpa mikir. Tapi ketika menulis, mereka tidak bisa.  Padahal keduanya sama, yaitu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan.

Syarat bisa menulis
Menulis itu hanya 4 syaratnya yaitu: mau, tekun, nekat, dan baca
Kemudian beliau meberikan contoh tulisann mahasiswa, tulisan santri dari pondok sidogiri dan salafiyah, dan dari para guru.





Mengapa guru tidak menulis, ada 2 jawaban. 1. Belum menemukan alasan mengapa harus menulis dan 2. Tidak tahu  cara menulis. Nah di sini kita perlu mengetahui alasan menulis dan cara menulis. Ingat. Menulislah denag jelek dan jangan takut salah. Sebab orang yang tidak pernah salah hanyalah orang yang tidakk pernah berbuat apa-apa.

Menulis itu keterampilan yang terlatih
Menulis itu keterampilan. Maka harus terus berlatih. Berlatih menulis, bukan dipelajari. Sebagaimana pemain sepak bola. Dia harus terus berlatih. Tetapi dia juga perlu vitamin. Apa vitaminnya seorang penulis. Ya buku-buku tentang teori menulis dan hal-hal lain yang berhubungan dengan menulis. Biarlah tulisan kita awalnya tidak terlalu bagus. Yakinlah dengan terus berlatih akan ada peningkatan, dari segi kedalaman konten maupun bahasa.

Pengalaman beliau menulis buku, diawali dg menulis LKS. Dari LKS ini justru beliau mendapatkan semuanya. Itu dulu, karena dulu LKS wajib dimiliki siswa. Setelah itu beliau menulis buku-buku umum untuk dilombakan di tingkat nasional. Alhamdulillah dua kali juara nasional. Selanjutnya menulis buku pelajaran dan sekaranh aktif menulis buku peekuliahan dan umum

Menerbitkan buku bisa diawali dengan menulis kumpulan puisi, kumpulan cerpen. Lanjut  ke buku umum, atau buku-buku motivasi dan buku pelajaran. Lakukan pasti bisa.

Ada orang yang ingin bertanya bagaimana teknis menulis buku pelajaran yang menarik sehubungan genarasi digital kenyataannya kurang suka membaca buku. Untuk menjawab itu, maka dilihat dulu  siapa pembacanya. Masalah siswa sekarang lebih suka youtube karena memang peradabannya sudah seperti itu. Setiap hari dan detik buka hp, bukan buka buku. Kalau menulis buku dan digemari penerbit (buku umum) ya menulis hal-hal yang saat ini sdh hit. Mungkin tulisan ttg kiat belajar di rumah di saat pandemi virus corona lebih menarik. Atau tulisan yg berisi pengalaman orang2 sukses, bagaimana saat dia menjadi siswa juga menarik. Dicoba saka ibu. Jangan tajut jelek dan tdk laku
Lalu mengapa ada yang sebagian orang yang suka membaca dan menulis dan slalu terputus ditengah jalan? Bisa jadi hal ini dikarenakan antara otak kita yang berjalan lancar denga tangan kita yang mengetik, jauh lebih cepat otak kita. Waktu menulis anggaplah sedang berbicara. Kalau ada yang salah saat mengetik, mungkin salah huruf, kurang huruf, kalimatnya kurang baik. Biarkan saja. Terus menulis jangan takut salah. Setelah dianggap selesai, mungkin  empat sampai enam  paragraf. Setelah itu baca lagi sambil membenahi yang salah. Masalah kemandegan, belum selesai berhenti, itu karena kurangnya motivasi dlm.menulis. kalau menulis artikel populer, cerpen, puisi harusnya sekali duduk. Malanya sebelum menulis, penuhi dulu wawasan kita tentang apa yang akan ditulis.

Untuk langkah awal yang bisa memberi semangat kita untuk kita bisa menemukan sesuatu agar bisa berlanjut ke menulis harus selalu mempersejatai denga sebuah pena. Sekarang bisa denga hp untuk mencatat ide yg muncul tiba-tiba. Tidak boleh ditunda. Terus tentukan, tulis dalaam bentuk yang paling sederhana, artikel populer. Tulis paling tidak tiga sampai lima halaman. Setelah selesai kemudian baca lagi.  Setelah yakin kirim ke majalah atau surat kabar. Misal ke radar dulu. Satu kali terbit maka nama kita akan dicatat oleh tim redaktur. Usahakan tulisan tersebut memang hasil dari kemauan panggilan jiwa atau passionnya.
Memang setiap orang berbeda passion. Untuk memulai menulis memenag diperlukan gairah dan motivasi.  Keduanya sejoli dan berjodoh. Ketika ada motivasi harus nulis agar ada kebanggaan degan hasilnya.  Saat itu bisa muncul gairah. Gairah ini akan terus bertambah ketika tulisan kita terbit. sampai akhirnya terus menulis dan menulis.

Bagaimana Menerbitkan Buku?
Tidak sedikit orang bertanya bagaimana cara menerbitkan buku dari sejak embrio sampai kepercetakanpenerbit. Kegalauan inimenjadi wajar, apalagi kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya. Cara penerbitan apa yang dapat digunakan?
Untuk menjawab hal tersebut ada tiga cara yang dilakukan yaitu; mayor publishing, self publishing dan Jual putus. Ketiganya mempunyai kelebihan dan keurangan sendiri. Seperti dijelaskan dibawah ini:

Mayor Publishing
Penerbit mayor adalah perusahaan penerbitan besar, punya nama dan modal cukup yang membuat para penulis berbondong-bondong mengirimkan naskahnya. Bukunya pasti berISBN. Mereka mempunyai tenaga kerja yang profesional dari, cover, editor, penata letak, desainer, ditribusi, promosi dan lain-lain.
Kelebihan Mayor Publishing
·         Distribusi yang luas
·         Hampir tanpa modal
·         Lebih praktis

Kelamahan Myor Publishing
·         Kurang fleksibel
·         Margin profit yang lebih kecil (royalti: 10%)

Self Publishing
Self Publishing adalah penerbitan mandiri alias menerbitkan buku sendiri. Artinya penulis melkukan semua proses penulisan; Editing, desain, tataletak buku, permohonan ISBN dan barcode diperputakaan nasional diurus oleh dirinya sendiri. Demikian juga dengan penerbitmya atau percetakannya. Pun termasuk pemasarannya

Kelebihan Self Publishing
·          Fleksibel
·          Margin profit yang lebih tinggi
  Pasti terbit

Kelemahan Self publishing
·         Distribusi yang lebih sulit
·         Perlu modal besar
·         Banyak hal yang harus dikerjakan

JUAL PUTUS
Jual putus artinya karya tulis adalah naskah dari penulis lansung dibeli oleh penerbit. Negoisasi harga harus sesuai dengan kesepakatan antara penulis dan penerbit. Bila jual putus initerlaksana, maka penulis tidak mendapatkan royalti dari karyanya.

Kelebihan jual putus
         Cepat mendapatkan uang
         Tidak berkurang meskipun buku kurang laku terjual
  Praktis

Kelemahan jual putus
         Pendapatan sesuai dengan kesepakatan
         Hak cetak ditangan penerbit
         Pendapatan tdk bertambah meskipun dicetak berulang-ulang

Demikian yang dapat disampaikan, semoga bermnfaat. Salam Blogger

Rabu, 06 Mei 2020

Tips Menerbitkan Buku di Penerbit Mayor


Tips Menerbitkan Buku di Penerbit Mayor


“Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh”
“Selamat siang semuanya. Guru guru hebat Indonesia”
“Siang ini kita akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan pengalaman dari bapak Ukim Komarudin”
“Kepada pak Bambang Ayah Salwa Saya persilahkan memimpin acara dan menjadi moderatornya”
Demikan Om Jay menyapa kami untuk membuka kegiatan menulis gelombang 8.
“Terimaksih om jay yang  memberikan kesempatan kepada saya untuk memandu pembelajaran siang ini”
“Alhamdulillah hari ini kita kedatangan Pemateri yang luar biasa”.
“Kita sapa Bapak Ukim”
“Bapak Ukim bagaimana kabarnya?” Mr Bambang kemudian mengambil alih forum kegiatan menulis ini
“Baik, Mr. Bams. Sehat. semoga Mr. Bams juga ya. Semoga teman-teman semua juga dalam kondisi sehat wal afiat”. Demikan jawab pak Ukim

Alhamdulillah materi ini dibuka dengan tegur sapa yang hangat dari om Jay MrBams dan Pak Ukim sebagai pemateri. Sebelum memulai meteri, seperti biasa MrBam memberikan aturan untuk tanya jawab yaitu:
Untuk penamya bisa japri ke 088809405468 dengan ketentuan
1. Sebutkan nama dan daerah
2. Hanya 1 pertanyaan
3. Pertanyaan dikirim paling cepat 14.45 (diluar itu tak akan dilayani)
Selanjutnya pak Ukim -- walaupun sudah melanglang buana sebagai penulis dan pengisi materi pelatihan-- beliau buka dengan penuh kerendahhatian.

Saya sangat berterima kasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi. Saya masih belajar. Jadi mohon maaf apabila yang saya sampaikan sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi dalam kesempatan seperti ini. Mohon doanya, semoga bermanfaat.

Pertama, saya berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi saya. Oleh karena itu, saya merasa sangat penting agar saya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu saya menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat saya. Saya tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan saya. Saya juga tidak perduli  dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis.

Kedua menulis adalah kebutuhan. Saya merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya. Menulis apa adanya. 

Ketiga saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis. Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya bagus. Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga, tulisan saya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan saya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dan sebagainya.

Keempat, karena komentar tersebut, saya mencoba membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam semua kejadian karena saya memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang saya tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Demikianlah waktu itu, saya yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran. Saya diinterview terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadi saya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah saya banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku. Saya banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat saya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika  saya menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada,  apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.

Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih, ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. Sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya sepertinya  punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya saya memang harus dipoles di sana sini. Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.

Oleh-oleh itulah yang menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menangkut buku saya selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju. Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan yang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit akan  menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan mendapat royaltinya. Untuk hal  tersebut juga saya tidak pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. Kebetulan saya pembicara, saya berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan bicara tersebut. Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit. Kurang lebih, seperti itulah kira-kira. Mohon maaf apabila kurang lengkap. semoga dapat dilengkapi ketika nanti tanya jawab.

Saat Sesi Tanya Jawab
P1
Assalamu'alaikum. Saya Ratna Jumpa dari Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana  kriteria layak atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Trima kasih.
 Ibu Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik. N
 P2
Assalamualaikum Om Ukim yg budiman, perkenalkan sy Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya bertanya ttg pengalaman om Ukim dalam tulis menulis:
1. Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik.
2. Media apa tempat  mempublish tulisan om pertama kali.
3. Gimana latar belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller,  dan buku best seller tsb brp exsemplar laku dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak privasi)
4. Dari awal mulai om menulis sanpai sekarang, ada ndak berubah motivasi om ukim dalam menulis.
5. Saat oom di intervew sama siapa, dan apa hal yg sangat berkesan dari intervew tsb?
6. keseharian om ukim seperti apa kesibukannya?
7. apakah buku karya om ukim semua diterbitkan di mayor?
8. buku mengumpulkan yg berserak tsb berapa naskah semuanya?
1. Om Syukri yang kreatif. Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
2. Saya menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
3. Buku  Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu.
4. Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
5. Yang interview dari dulu sampai kini sudah saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal membuat buku saya laku di pasaran.
6. Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.
P3
Mau tanya kepada Pak Ukim Komarudin
Jika menulis di mayor di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan judul atau setelah kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor, akan di tawari kerja sama lagi setiap tahunnya?
Mohamad Soni Jombang
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika bertemu penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara. Saya sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah jilid  belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa kompromi. Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas? N
P4
Saya ,Sri Budi Handayani dari Gresik mau bertanya Bagaimana mengetahui gaya selingkung penerbit.
Ibu Sri, saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang itu. Bisa terkuras energi kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis untuk diri saya. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak mendapat konfirmasi sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka menerbitkan dan menjual buku saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi amal yangdipakai kebaikan. Saya kurang suka dengan hal-hal yang diluar jangkauan saya
P5
Pertanyaan pertama,  Saya dulu menulis banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan.Bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan kedua, saya suka menulis novel.Tapi,kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan yg sama.Misal tokoh terlalu banyak,jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan ketiga, saya mempunyai asisten penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas.Alasan saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan menjadi suka menggambar.Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari sudut pandang bayak orang, tapi apakah langkah itu sudah betul?
Pertanyaan ke empat, karena banyak orang yang membatu saya, apakah mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan penulisnya
Diduga Bapak salah memilih kategori ekspresi menulis. Bapak, harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Mungkin bertahap ya, pak. dari lari jarak pendek karen latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
saya tipe orang yang sering menyembunyikan karya jika belum final. Saya orang teater, pak. Saya suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. Termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang mengejutkan.
Permasalahan Penulis Pemula
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar.  Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Benar, Pak. Membaca yang banyak dan siapa saja yang Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh ...N
P6
Nama : makhmud  Asal : gempol pasuruan
Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan utk menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan. Bagaimana memulai menulis buku yang bisa meyakinkan bagi penulis .
Pak Makhmud yang berani, Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ, bapak punya standar sendiri.
P7
Assalamualaikum wr wb. Saya hetty setyoningrum dari smpn 1 kaloran temanggung, jawa tengah. Ingin bertanya adakah tips dan trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis(memulainya)? terimakasih. Wassalamualaikum. wr.wb
Sahabatku Hetty, penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju  dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas.  Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif). Manulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik.





Trik Menulis Buku Lewat 4R


CATATKAN SEJARAHMU LEWAT TULISAN


Ibu Farah Dina, M.Sc dengan tema “Terbitkan Bukumu, Catatkan Sejarah”. Dengan segudang prestasinya yang tidak iragukan lagi. Duapuluh buku sudah beliau terbitkan. Berawal dari kegelisahan beliau, sulitnya mendapatkan buku bacaan berkualitas untuk anaknya, sehingga akhirnya beliau memutuskan untuk menulis buku – buku tentang pendidikan anak. Beberapa judul buku yang ditulisnya yaitu : Mencetak Generasi Kreatif 2011(penulisan bersama), Membentuk Anak Percaya Diri 2011 (penulisan bersama), Buku bergambar untuk pembaca pemula (15 judul buku) dan buku bergambar elektronik (3 judul) tahun 2017 – 2020, dll.
Sebelum melanjtkan materi beliau meminta kami untuk menyimak video yang beliau bagikan yaitu “Mari menulis dengan 4R
Apa itu 4 R?

Renjana 
Renjana adalah passion,  yaitu sesuatu yang dikerjakan dengan ikhas, tanpa paksaan dan suatu bentuk panggilan dari alam bawah sadar seseorang. Ketertarikan ini akan kita mengerahkan energi kita untuk mengerjakan sesuatu dengan senang hati. Renjana ini adalah sesuatu yang kita sukai, kuasai, dan  sudah menjadi pikiran kita. Dalam membuat karya, maka mulailah dari apa yang kita sukai dan kita kuasai agar tulisan kita bisa mengalir. Kita bisa menulis buku tentang motivasi, Agama, buku anak, penelitian dan lain-lain. Menulis sesuatu yang sesuai dengan renjana kita, itu akan menjadi kekuatan di awal. Manusia memerlukan reward langsung. Saat kita menulis sesuatu yang sesuai dengan minat kita, maka kita akan menikmatinya & hasilnya pun akan cepat jadi. Hasil tulisan yang jadi ini menjadi reward sendiri untuk kita sehingga kita akan terus termotivasi untuk menulis. Setelah itu, barulah berkreasi dengan berbagai genre agar kita menguasai  menulis berbagai hal. 

Rutin 
Dalam mengerjakan sesuatu, maka dibutuhkan konsitensi untuk terus melakukannya. Orang tidak akan berhasil mengubah sesuatu secara maksimal tanpa dilakukan dengan rutin. Seorang penulis harus merutinkan diri bukan hanya rutin menulis, tapi kita harus juga  rutin membaca. Ketika kita banyak membaca, maka kosa kata kita pun akan bertambah. Seringlah membaca dengan banyak buku dengan genre masin-masing.kita ada keinginan untuk membuat bentuk tulisan yang lain. Ketika keinginana itu terwujud, insya Allah kita akan rutin menulis dengan menyiapkan waktu dan tempat khusus. Menulis bisa di mana saja, kapan saja dan tentang apa saja. Setiap melihat sesuatu yang menarik maka itu bisa menjadi sumber ide. Gunakan catatan, note di HP, rekam dengan recorder tool. Kita harus mengumpulkan bahan-bahan cerita. Jangan menunda menuliskan ide yang telah didapatkan. Jangan biarkan dia menguap begitu saja tanpa ada yang karya yang terwujud lewat tulisan. 

Review
Ide-ide yang terwujud akan menjadi sebuah tulisan yang terkumpul. Nah setelah kita punya kumpulan tulisan, maka waktunya mereview secara berulang-ulang. Inilah proses terpanjang dalam menulis.biarlah tulisan kita mengalir. Pada saat menulis draft, maka tulis semua yang ingin ditulis. Tidak perlu diedit, tidak perlu dilihat nama tokohnya, waktunya, scenenya, skenario, logikanya, alurnya. Tulis saja, biarkan mengalir. Nanti di tahap review, baru kita melihat, misalnya tokohnya, alurnya logikanya dan sebagainya. Biasanya penulis pemula merasa kurang percaya diri dengan tulisannya, dan cenderung ingin menjadikan tulisannya sebagai sebuah tulisan yang sempurna. Sehingga pada saat menulis, dia juga sekaligus mereview tulisannya. Dan akhirnya, tidak pernah menghasilkan sebuah karya, karen terbelit dengan review ketika sedang proses menulis. Review juga penting untuk melihat pasar kita. Apa yang mau ditulis? Siapa audiencenya? Apa yang dibutuhkan? Misalnya background dan alasan menulis. 

Ruang bagi pembaca 
Ketika melakukan kegiatan review, jadikan review dari penulis sebagai acuan awal saja. Jangan merasa sudah cukup dan bagus. Lakukanlah review ke target pasar yang akan kita tuju. Karena tujuan kita menulis adalah untuk dibaca, maka kita perlu mendengar pendapat dari pembaca juga. Jika bukunya tentang guru, maka pembacanya adalah guru, dan jika buku itu untuk orang tua, maka pembacanya dalah orang tua. Ruang bagi pembaca di sini adalah bukan kita meminta mereka untuk membaca buku, kemudian kita mengharapkan respon positif maupun negatif dari mereka. Respon positif adapat menjadi semangatt kita untuk terus berkarya. Respon negatif menjadi bahan perbaikan naskah tulisan kita untuk menjadi lebih baik dan layak muat.  Perlu diingat, ini penting, jangan sampai ruang bagi pembaca ini menghilangkan jati diri kita sebagai penulis. Kadang ada review berasal dari hal-hal yang tidak terpikirkan oleh kita, tidak kita perkirakan. Hal ini karena pola pikir dan daya tangkap setiap pembaca berbeda. Dan harus diingat bahwa kita menulis tidak hanya untuk memenuhi keinginan pembaca, tapi kita melakukannya kerena senang dengan dunia tulis menulis dan bahagia melakukannya. Seorang penulis tidak berarti tanpa hadirnya pembaca. Maka hadirnya pembaca menjadi penting. Karena itu, share di medsos dan meminta orang-orang terdekat kita membacanya. Itu hal yang baik untuk memberikan motivasi dan masukan untuk kita lebih baik dan berarti.

Materi dilanjtkan dengan sesi tanyajawab dan kemudian dirangkum sebagai berikut:
Apakah kita harus melalui tahapan 4R itu agar buku yg diterbitkan berkualitas? Bu Nani
Jawaban
Bu Nani yang bersemangat, tidak selalu seperti itu. Ini dirangkum dr pengalaman2 penulis yg hebat yg sudah menerbitkan banyak buku dan disukai. Mereka akan menulis yg betul2 sesuai dgn renjananya lalu terbiasa menulis (rutin). Pada awal menulis buku, jangan kita dipusingkan dengan editing & lain2nya yg nanti justru akan menghambat jadinya sebuah naskah. Tapi setelah itu, baru dilakukan review berulang (dan ini proses panjang). Seringkali bahkan naskah final sangat berbeda dr naskah awalnya. Kekuatannya di review ini. Untuk ruang pembaca, tujuan kita menulis adalah untuk dibaca jadi perlu mendengar masukan dari pembaca juga.

Assalamualaikum. Saya Siti Fatimah dari Mojokerto.
Sebagai pemula saya masih bingung menentukan passion saya dimana. Bagaimana kita mengetahui passion kita dengan mudah.
Wa alaikum slm wr wb..
Ibu Fatimah, tidak sedikit orang yang merasakan hal yang sama dengan ibu. Memang ada orng-orang yang dari awal sudah tau apa bidang menulis yang akan digelutinya dan ada juga yang butuh waktu. Cara paling ampuh adalah dengan terus menulis, nanti akan kelihatan kecenderungan kita. Bahkan, dengan mengumpulkan bank tokoh, situasi, pengalaman ke dalam bentuk rekaman/tulisan pun nanti akan terlihat apa yang menjadi renjana kita. Kita bisa lihat dari bank yang sudah kita kupulkan, apa sih yang menarik untuk kita yang mendorong kita untuk mengungkapkannya.

Assalamualaikum, saya Warsih dari Kota Tangerang. Mau menanyakan tentang pembuatan buku anak-anak. Misalnya kita menulis berdasarkan apa yang kita lihat, kemudian kita tambahkan dengan khayalan dan imajinasi kita boleh tidak. Jadi tidak pyur fiksi. Nah yang sperti itu termasuk kategori buku apa Bu. Trimakasih

Wa alaikum salam wr wb.
Ibu Asih pecinta buku anak, boleh sekali memasukkan imajinasi ke dalam buku anak. Justru imajinasi itu kekuatan dari buku anak. Seperti binatang berbicara, anak pergi ke ruang angkasa, berteman dengan robot, itu adalah imajinasi.

Yang tidak boleh adalah takhayul dan imajinasi yang mengandung kekekrasan. Saya pribadi keberatan dengan anak durhaka menjadi batu, siasat membuh raksasa seperti dalam legenda asa…
Slmt siang ibu Farrah, Bagaimana memanage 4 R ini agar menjadi sebuah kesatuan utuh untuk saling melengkapi dalam menulis? Yulius Roma-Tana Toraja. Tks
Pak Yulius dari Toraja, LAKUKAN. itu kunci utamanya pak. Dengan melakukan maka saya yakin Bapak akan menemukan polanya tersendiri. Yang perlu diingat adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk kita, tapi perlu dipaksakan juga agar menjadi rutinitas. Dengan begitu kita akan sangat terbiasa. Saat ingin dipublish ke orang lain, maka perlu dilakukan review berulang-ulang. Jangan lakukan review saat menulis di awal, karena nanti tidak akan jadi karya krn kita berkutat dengan banyak hal. Selamat menulis