Menulis Setiap Hari Penerbit Menghampiri
Siang hari ini kita akan mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman dari seorang yang luar biasa. Beliau adalah bapak Dadang Kadarusman. Ayah beliau seorang guru sekolah dasar. Ketika beliau masih
kecil, ayahnya sering membawakan buku-buku bacaan. Dari situlilah beliau menjadi
suka membaca. Dan dari kegemaran membacanya itu kemudian beliau berkeinginan
untuk menulis. Jadi sejak kecil beliau sudah menulis. Sampai hari ini, beliau
masih terus menulis
Tema kita kali ini adalah tentang MENULIS SETIAP HARI dan
MENERBITKAN BUKU
Beliau kemudian mengajukan pertanyaan:
Saya tanya, cara apa yang tidak Anda ketahui itu?
Saya tidak tahu apakah hal itu juga dihadapi oleh bapak ibu
di forum ini.
Ya cara menerbitkan buku, jawabnya.
Apa itu yang harus
diperbaiki?
Ternyata yang harus diperbaiki adalah jalan Pikiran tentang "Cara Menerbitkan buku."
Dari dialog sederhana itu kemudian saya melihat ada satu
aspek yang perlu diperbaiki pada orang yang ingin mempunyai hasil karya berupa
buku. Ketahuilah bahwa hari ini, menerbitkan buku itu sangat mudah sekali. Beda
dengan 20 tahun lalu ketika saya pertaman kali ingin menerbitkan buku. Ditolak
penerbit itu biasa sekali.
Sekarang tantangan terbesar kita BUKAN pada menerbitkan
bukunya. Melainkan pada MENULIS SETIAP HARInya. Jika kita bisa menulis setiap hari, maka kita
akan sampai pada titik dimana kualitas tulisan kita akan sangat menarik bagi
penerbit. Kita, tidak perlu mendatangi penerbit lagi, mereka yang datang kepada
kita. Buku-buku saya pada umumnya adalah hasil dari penerbit
datang dan menawarkan untuk menerbitkan naskahnya. Kan enak ya kalau begitu. Nantinya tinggal kita saja mau menerbitkannya atau tidak. So,
pembahasan kita kali ini akan saya fokuskan kepada cara menulis setiap harinya.
Sebab saya percaya bahwa, penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis Anda
sudah sesuai dengan yang mereka cari. Jadi pelajaran pertama, jangan lagi
berpikir bahwa menerbitkan buku itu susah. Gampang banget.
Lalu bagaimana seseorang bisa menulis setiap hari?
Menulis satiap hari butuh skill dan triknya. Bagi orang-orang yang bisa menulis setiap hari
suprise bangeet. Ada seorang penulis yang menerbitkan buku tapi bukan karyanya
sendiri, dia membayar orang lain untu menulis dan kemudian diakui sebagai
karyanya. Seorang penulis profesionalpun ternyata tidak menulis setiap hari. Yang
menulis adalah orang lain atau ghost writyernya. Inilah adalah efek dari sesesorang yang hanya
ingin menerbitkan buku. Dia akan bergantung kepada orang lain. Berbeda dengan
orang yang mengasah kemampuanya dengah menulis setiap hari, tanpa memikirkan
bukunya diterbitkan atau tidak. Ketika seseorang yang tidak mempunyai kemmapuan
untuk menulis buku, tapi dia mengasah keterampilannya dengan terus menerus dia
akan mudah untuk dapat menerbitkan bukunya.
Sekarang, saya akan membahas tetang 'WHY' -nya terlebih
dahulu.
Mungkin bapak Ibu bertanya, kenapa kita perlu menulis setiap
hari? Seperti kata pepatah “Alah Bisa, Karena Biasa.” Jadi, orang yang terbiasa
melakukan sesuatu akan mahir dalam melakukannya kan ya. Contoh, Ibu dan bapak
guru kan suka menasihati anak didiknya agar membiasakan diri untuk melakukan
sesuatu. Tujuannya apa? Untuk membuat anak didik itu mahir melakukannya.
Demikian pula halnya dengan menulis. Jika kita melakukannya setiap hari, maka
kita akan menjadi mahir menulis.
Contoh lain. Bapak Ibu ini kan jago banget kalau bicara
didepan kelas. Banyak pula professor di kampus yang hebat dalam memberi kuliah.
Tapi, ketika diminta untuk membuat sebuah karya tulis; jadi gelagapan. Padahal
temanya adalah bidang yang dikuasainya dan biasa diajarkan kepada anak
didiknya. Kenapa nggak bisa? Karena, para guru terbiasa bicara. SETIAP HARI
BICARA. Namun, tidak terbiasa MENULIS. Makanya, kita perlu SETIAP HARI MENULIS.
Agar kelak kita jadi terampil menuangkan gagasan bukan hanya melalui lisan
saja. Melainkan juga dalam bentuk tulisan.
Yang kedua, kenapa kita perlu menulis setiap hari. Karena
menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh
kita, juga jiwa. Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun,
selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan. Dan
itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu.
Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam
perasaan itu. atau butuh seseorang yang mau mendengarnya. Padahal, belum tentu
ada yang mau dengan kan? Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya
teman untuk mencurahkan perasaannya. Caranya yaitu dengan selembar kertas
dengan pena kalau dulu. Kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita
bisa mencurahkannya disana
Yang ketiga, menulis setiap hari itu merupakan healing
remedy. Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih
sehat. Kesimpulannya, kenapa perlu
menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang
yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan
orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri.
Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk
tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS. Jadi, bapak ibu sekalian. Jika Anda
sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah
untuk menulis setiap hari. Seberapa banyak? Kalau saya pribadi, 1 hari 1
artikel. Nah kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah
katanya. Kalau jaman dulu kalau kita mau mengirim artikel ke koran, itu ada
ketentuan jumlah kata. Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Kenapa ?
Karena bukan hal yang mudah untuk menuanggkan gagasan secara indah dengan
jumlah kata yang ditentukan. Maka bagi saya, ukurannya adalah "1
Artikel". Artikel itu apa? Sebuah
paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang
lain. Begitu ukurannya.
Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu
bapak yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya. Oya, kenapa saya pakai kata KALAU? Karena, belum tentu ada orang yang membaca
artikel itu. Duh, sedih banget ya. sudah
cape-cape nulis tapi kok nggak ada yang baca. Nah, ini penting bapak ibu. Ditahap
belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada yang baca apa tidak. Kkenapa?
Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedbacknya positif. Tidak
sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif.
So, yang penting menulis saja dulu. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar
minimal untuk dibaca orang, YAKIN DEH bakal dibaca.
Setelah membahas tentang WHY yang berhubungan proses
membiasakan diri dalam menulis itu Sekarang kita bahas WHATnya.
WHAT makes you write something? Apa sih yang menjadi mendorong Anda untuk
menulis? Pertanyaan ini sederhana. Tapi orang yang tidak menemukan jawaban yang
tepat, akan berhenti ditengah jalan. Jadi mari kita tanyakan kepada diri
sendiri dulu apa yang mendorong kita menulis. dengan kata lain, apa sih tujuan
kita menulis?
Contoh. Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang? Ada.
Dulu, saya pernah berada di level itu. Saya menulis untuk mendapatkan uang,
karena saya butuh untuk biasa sekolah. Apakah saya berhasil? Lebih banyak
gagalnya daripada berhasilnya. Lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi
daripada diterbitkan. Saat itulah kemudian saya sadar bahwa, menulis karena
ingin mendapatkan uang; bukanlah nilai pribadi saya. Dan sampai sekarang, saya
menulis BUKAN untuk uang. Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai
pendorong utama dalam menulis. boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring
berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita.
Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN.
Nah, yang ini menurut hemat saya; paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti
kita. Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam
menulis. boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita
akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita. Menulis dengan dorongan
INGIN BERBAGI PENGETAHUAN inilah yang menurut hemat saya; paling sesuai dengan jiwa
pendidik seperti kita. Dulu ketika saya menulis karena uang, kadang saya kecewa
karena penerbit menolak. Seperti diremehkan oleh mereka deh rasanya. Kita juga
bisa kecewa jika bayarannya ternyata tidak seperti yang kita harapkan. Royalti
penulisan buku misalnya. Lalu kalau menulis setiap hari Idenya dari mana? Ini
pertanyaan banyak orang. Nah ini penting saya sampaikan. Bapak ibu, segala hal yang bisa ditangkap oleh panca
indra kita adalah sumber ide. Tinggal kita olah saja. Pegang teguh prinsip itu.
Berapa banyak rangsangan yang masuk kedalam sistem panca indra dan indra ke 6
kita? Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA.
Oleh kerena itu berarti bahwa
sumber ide penulisan kita bisa SAAAANGAT banyak
Contoh. Hal apa yang bapak ibu tangkap dengan panca indra
sekarang? Ada bunyi AC? Itu sumber ide. Ada suara seseorang yang lewat didepan
rumah? itu sumber ide. Ada bunyi PRAAAANG! gara-gara panci jatuh? semua sumber
ide. Dan ide itu, hanya butuh sentuhan berupa mengolah pikiran yang kemudian
menuangkan hasil olah pikir itu kedalam tulisan. Karena rangsangan itu selalu
ada setiap hari, maka kita semua sebenarnya bisa menulis setiap hari.
Mater kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
Selamat siang
Saya Dwi Mulyanti. Dr SMKN 1 Kademangan Kab. Blitar.
Pertanyaan saya
1. Berapa lama pengalaman bapak mengasah menulis hingga
akhirnya dipercaya oleh penerbit seperti sekarang ini?
2. Sebagai permulaan, Seperti apa strategi dan Tips memilih
penerbit yang sesuai dengan buku yang akan kita terbitkan?
Baik Bu Dwi. Saya mulai menulis sejak SD, aktif sekali SMP
sampai ikut lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. 1. Kapan mulai
dipercaya oleh penerbit? Sekitar 10 tahun lalu. Jadi butuh 30 tahun perjalanan
terlebih dahulu. Tapi, ada tapinya. Kondisi saya dulu beda dengan sekarang.
Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan mereka punya bargaining power yang sangat
tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada Sangat banyak penerbit.
bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga Bu Dwi tidak butuh waktu selama
saya untuk diercaya penerbit. #2. Kalau kita masih pemula, sebaiknya tidak usah
menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena kita yang masih pemula
butuh mereka kan ya. Strateginya paling gampang adalah; Ibu terus ikut kursus
menulis seperti ini, lalu bikin naskah sambil konsultasi terus dengan
penyelangara. Omjay, misalnya. Saya yakin beliau bisa menghubungkan kita dengan
penerbit. Jadi ininya seperti saya jelaskan diawal; Fokus dulu kepada proses
mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil karyawa ibu berseliweran
diruang publik. Nanti, bakal seperti bakal jadi seperti lampu yang menarik perhatian
para laron.
Pertanyaan selanjutnya:
Saya Syukri dari padang mau tanya sama bang deka, yang
pertama,nulis setiap hari kalau dipaksakan mungkin bisa ya bang. Tapi tentang
Themanya apakah harus terstruktur atau bagaimana bang. Yang kedua berapa banyak
kah kita harus nulis per hatinya? . Yang ketiga untuk masa berapa lama tulisan
trsebut kita kumpulkan?. Makasih atas jawabannya bang deka.
Baik Pak Syukri. Betul pak, kalau dipaksa bisa. Tapi,
'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinan seorang
pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Saya misalnya, sudah
mulai menulis sejak SD. Tapi menulis setiap harinya barus setelah bekerja
dibisa HR. Bahkan bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa. 1) Mengenai
Thema, dalam tahap belajar; TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika
penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. toh ini bukan UN kan?
Kalau saya bicara dengan penulis yang sudah pro, saya menuntut mereka hasil
karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk
terus praktek menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk
perbaikannya. 2) berapa banyak perhari? Targetkan 1 karya tulis. Sepanjang apa?
Berapa kata? Bebas. yang penting, karya tulis itu bisa menampung buah pikiran
sehingga pembaca mengerti. Contoh,. jika kita ingin menulis dengan tema
"PANTANG MENYERAH" misalnya. Tulisan bapak tidak usah 1000 kata.
Cukup 2 atau 3 paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa
menerima atau mengerti ide yang ingin bapak sampaikan, berarti tulisan itu
sudah menjadi 1 artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan
ditingkatkan. 3) Tidak ada standar berapa lama masa pengumpulan. kecuali jika
bapak punya kontrak dengan penerbit. Misalnya disepakati dalam 2 bulan naskah
harus selesai. Kalau bapak menulis untuk tujuan lain, maka waktunya bisa beda
lagi.
Pertanyaan ketiga
Nama saya Heni Ekawati, S.Pd, M. Pd, Asal sy dr Aceh,,sy
betugas di SLB. B YPAC BANDA ACEH
Sy ingin bertanya pak,,dari mana awalnya sy bercerita yang
saya ingin menuliskan tentang kisah Anak Istimewa yaitu Dunia Tanpa Suara.
Bu Heni Ekawati. Itu topik yang keren. kalimat "DUNIA
TANPA SUARA" saja sudah mengundang pertanyaan orang. "Apaan sih
maksudnya?"
Saya contohkan ya. Saya akan memulai sebuah tulisan dengan
tema itu. nanti bisa ibu lihat bagaimana mengawali tulisannya.
Paragraf 1:
Hey kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya
tidak seorang pun bersuara didunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu kan?
Tapi. bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi?
Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja tak segencring suara
pun tertangkap pendengaranmu.
Pragraf 2
Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar
tidak bisa mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin
kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa
Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam
suara.
Paragraf terakhir
Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu?
Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu,
sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah
mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya...., gadis itu
tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih.
Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk
menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak
keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan
menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti?
Sudah sampai pesannya nggak dengan 3 paragraf itu? Minimal
ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Dan diujung ceritanya, ada
'komitmen' untuk melanjutkan.
Kesimpulan: orang bilang memulai itu sulit sekali. kalau
saya bilang: MULAI SAJA SARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran Ibu.
Insya Allah. nanti akan mengalir dengan sendirinya. Dan kalau saya, biasanya
sebelum menulis bilang begini: Ya Allah, apa yang saya harus tuliskan hari ini?
Bimbing saya ya Allah ya.
Pertanyaan ke empat
Assalamualaikum Pak Dadang.saya baru tahu adanya Gosh
writter itu.tapi saya ingin menerbitkan buku itu klo hasil dari tulisan saya
sendiri. yang menjadi hambatan saya selalu ga pede ketika ingin mulai menulis,
seakan ide itu hilang.bagaimana caranya supaya tetap semangat untuk bisa
menulis dan supaya ide itu ga hilang. Eti Haryati dari Bogor
waalaikumsalaam warohmatullah. Bu Eti. Keren. Ijinkan saya menambahkan bahwa
menggunakan jasa "GHOSTWRITER" itu bukan hal yang buruk ya. Tapi itu
cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku. kalau kita kan
ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan opsi yang tepat buat kita. Mengenai
tidak pede. Itulah sebabnya tadi saya sampaikan bahwa dalam proses latihan
menulis, kita tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah kata. kan di
sekolah dulu ada pelajaran mengarang ya. bu gurunya bilang panjang tulisan
minimal 1500 kata. Widiiih, bagi pemula mah pusing banget. Jadi nyantai aja. Dan
tadi kita bahas juga tentang, tidak usah
baperan dengan respon orang terhadap kualitas tulisan kita. Kita cuek
maksudnya? Bukan. Tapi, kita harus menerima diri sendiri sebagai orang yang
baru belajar. Jadi, kalau pun tulisan kita 'tidak laku' ya nggak apa-apa. Kan
baru belajar. Latih terus aja. Bikin tulisan terus. Kalau belum berani
menunjukkan tulisan itu pada orang lain, biarin aja jadi koleksi pribadi kita.
Sambil terus memperbaiki tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak'
dicobain ke orang lain, tunjukkan saja. kalau bisa, pilih orang yang tidak akan
bersikap negatif.
Banyak orang tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat
tulisan. Saya bilang, hey boleh jadi seseorang sedang menanti buah pikiran mu
untuk dibacanya dengan penuh kekaguman. So menulislah.
Pertanyaan ke lima
Maaf Om DK, dalam menulis sebuah buku apakah kita menentukan
judul baru menulis artikel2 yg berkaitan dgn judul atau kita menulis artikel2
dulu baru diberi judul utk menjadi sebuah buku? Agus Purwadi, Ponjong
Dulu buku saya yang judulnya "OUTSHINE" diberi
judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT
DAN GAJAH BEKERJA" ditulis naskahnya duluan. Jadi, tidak ada keharusan
menulis judul dulu atau naskah duluan.
Pertanyaan selanjutnya
Saya coba menulis di kompasiana namun yang membacanya tidak
begitu banyak, Apakah tulisan-tulisan itu bisa di jadikan buku kompilasi. Isar
Daduki
Nah, pak Isar. Kalau sebuah tulisan sedikit yang baca, TIDAK
BERARTI tulisannya tidak bagus. Bisa saja tempat penayangannya yang kurang tepat.
Tulisan-tulisan bapak bisa dibuat kompolasi
Pertanyaan berlanjut
Assalamu'alaikum, Sangat menarik Om Deka. Bagamana menjaga
keistiqomahan menulis setiap hari? Sebab bagi sy kdg semangat menulis, kdg
luruh semangatnya. Terima kasih. Isminatun, Sukoharjo
Waalaikumsalaam warohmatullah Bu Isminatun.
Itulah pentingnya menemukan WHAT MAKES YOU WRITE yang tadi
kita bahas. Karena hal itu akan menentukan tingkat istiqomah kita. Tapi jawaban
dari WHAT tadi sifat individual. Kalau kita menulis karena uang, maka bakal
berhenti ketika hasil karyawa kita nggak jadi uang banyak. Tapi kalau kita
punya alasan yang lebih tinggi lebih mulia lebih bernilai Insya Allah akan
istiqomah. Saya, misalnya. Sekarang menulis lebih karena ingin agar Allah
mengajari saya sesuatu. lalu yang Allah ajarkan itu saya bagikan kepada orang
lain. Dengan itu, maka saya selalu tanya; Ya Allah, hari ini saya bisa belajar
apa? Dapat jawabannya. Dituliskan lalu
dibagikan. Makanya sekarang saya justru lebih tertarik untuk menulis artikel
setiap hari kemudian diberikan secara free daripada memikirkan menerbitkan buku.
Dengan demikian, maka gagasan saya bisa lebih cepat sampai kepada orang lain. Kesimpulan:
Temukan, hal apa yang bisa membuat ibu ingin menulis. Atau apa tujuan ibu
menulis. Jika sudah ketemu, nanti ibu akan dengan sendirinya menulis secara
produktif
menulislah bukan karena uang tapi karena menulis adalah sebuah kebutuhan
BalasHapussiap..terimkasih om untuk motivasinya
Hapuskeren.., semoga menulis memberi manfaat bagi diri kita dan orang yang membacanya.
BalasHapusaamiin... terimakasih
Hapusmenulis menulis dan menulis.. menulis bukan karena uang .. semangat pak ..
BalasHapusSiap...terimakasih
Hapus