Ketika ditolak penerbit
Menerbitkan buku adalah impian semua penulis. Tapi impian
itu kadang tidak berbanding lurus dengan kenyataa. Tulisan ynag sudah kita
susun untuk menjadi buku, tidak jarang ketika dikirim ke penerbit ternyata
mendapat penolakan. Ambyar sudah impian itu, sedih rasanya buku yang kita tulis
ditolak oleh penerbit. Begitulah perasaan yang menggelayuti blogger dan
yuutuber Wijaya Kumsuma atau yang biasa di panggil om. Makan tak enak, tidurpun
tak nyenyak. “Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik
sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi” kata beliau. Tapi itu dulu,
ketika pertama kali beliau menulis dan igin menerbitkan bukunya.
Terbukti sekarang dengan kerja keras dan pantang
menyerahnya, banyak sudah buku yang beliau terbitkan. “Saya termasuk orang yang
pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para penerbit mayor, saya
tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada. Saya menerimanya
dengan senyuman meskipun terasa pahit.” Papar beliau ketika mengenang peristiwa
beberapa tahun ke belakang.
Berkali beliau gagal, lekas bangkit dan cari akal. Berkali jatuh
lekas berdiri dan pantang mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya.
Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan diri dengan terus
belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.
Langkah selanjutnya adalah memperbaiki tulisan. Kemudian baca
kembali pelan-pelan dan perbaiki beberapa kekurangan. Untuk lebih meyakinkan
lagi isi tulisan itu, ada baiknya meminta pendapat beberapa teman yang dipercaya.
Mintalah mereka untuk memberikan
masukan. Dari sinilah, insya Allah, tulisan kita akan menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Dan hasilnya...taraaaaaa.... Sakit hati itu terasa terobati. Ibarat
seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya.
Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3
yang ditolak proposal desertasinya. Ketika semauanya sudah diperbaiki, maka
para pembimbing skripsi dan tesis itu akan menerimanya dengan senang hati.
Beliau sangat berterima kasih kepada para penerbit yang
sudah menolak buku yang disusunnya. Dengan begitu beliau banyak belajar agar buku
yang disusunnya menjadi layak jual. Kalau seandainya naskah buku itu langsung diterima, pasti banyak yang tidak
laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Bukunya bisa terbit, tapi tidak
banyak pembelinya. Bukunya tidak menarik hati pembaca.
Dari pengalama ditolak penerbit mayor, beliau semakin banyak
belajar untuk terus memperbaiki tulisannya, sehingga naskah buku menjadi lebih
enak dibaca. Memang butuh waktu lama untuk mengerjakannya. Tapi pantang
menyerah. Beliau pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari
sanalah akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca. Saat itu mendapatkan
nafas baru dari membaca buku best seller, semakin menggebu-gebu semangatnya.
Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan.
Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak
ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru
disitulah keahliannya teruji.
“Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan
berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin
tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak
dibaca orang. kucinya satu mau belajar dan pantang menyerah.”
Dengan terus memperbaiki dan perbaiki, penerbit mayor akan
melirik tulisan kita dan kemudian menerbitkan buku tanpa keluar uang satu
senpun. Kita akan tersenyum ketika royalti buku mencapai angka yang fantastis.
Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kita dapatkan bila buku yang ditulis laku
keras. Begitulah yang dialami Wijaya Kusuma ketika memnrima royalty buku yang ditulisnya.
Ada beberapa orang mungkin bingung bagaimana agar tulisan dicetak
menjadi buku. Tips beliau ketika memulai
karir sebagai penulis adalah beliau mengirimkan tulisannya ke penerbit dalam
bentuk cetak dan dijilid. Tapi seiring dengan berjalannya waktu dan para penerbit
mulai melirik karya-karyanya, sekarang beliau mengirimkan tulisannya melalui
email. Beliau juga bersedia membantu para
penulis pemula untuk meneruskan ke penerbit Andi, Yogyakarta cukup dengan
mengirimkan karya-karya tulisan ke email Om Jay: omjaylabs@gmail.com.
Kereen pak.. Semangaat
BalasHapusAyo mulai menulis
BalasHapusAyo menulis
BalasHapusTuisanya semakin tajam dan terasah pak
BalasHapusMantap pak... Sukses selalu
BalasHapusSippp. . Mantap pak
BalasHapusMantap pak... Sukses selalu
BalasHapusSiap....terimakasih
BalasHapus