Srorytelling; Menembus Batas Digital Marketing
Berbagai cara orang atau lembaga lakukan untuk dapat mamasarkan produknya. Dari yang terang-terangan dengan cara memaksa, penipuan secara halus, sampai memasukkan doktrin produk tanpa terasa oleh kunsumennya. Salah satu strategi pemasaran yang layak diperhitungkan dalam dunia digital marketing adalah Storytelling. Apa dan bagimana story telling itu, berikut paparan hasil bincang-bincang dengan Budiman Hakim yang biasa dipanggil Om Bud
Apa sih storytelling itu?
Storytelling storytelling adalah menyampaikan sebuah narasi, alur atau cerita. Gampangnya adalah mendongeng.
Siapa yang pernah didongengin orangtua waktu kecil? Pasti
banyak ya. Nah, pernah suatu hari Om Bud ngajar di Laku Kopi Bintaro. Salah satu
pesertanya ada yang berusia 70 tahun. Ibu ini mengaku dia sering didongengin.
Hebatnya ibu ini masih inget cerita si Kancil yang dibacakan orangtuanya waktu
dia berusia 5 tahun. Coba bayangkan! Ibu itu usianya 70 tahun dan masih bisa
mengingat dongeng yang dia dengar 65 tahun yang lalu. Ck…ck…ck… Luar biasa kan?
Dan ternyata ini tidak hanya terjadi pada ibu itu tapi
dialami oleh banyak sekali orang di dunia. Hal inilah yang membuat pakar-pakar
marketing berpikir, “Kalo iya sebuah
cerita mampu menanamkan pesan sedemikian dahsyat, kenapa cara mendongeng tidak
dijadikan saja sekalian sebagai strategi marketing?” Setelah ditela’ah lebih dalam, ternyata
cara menyampaikan pesan melalui cerita memang adalah cara yang terbaik. Kenapa? Karena, ternyata, bercerita adalah juga cara Tuhan dalam
menyampaikan pesan pada umatnya. Dan ini bisa kita lihat dan buktikan dalam semua kitab suci
agama apapun.
Contoh storytelling
Coba diliat dulu video ini. Semoga bisa dibuka ya....
Setelah melihat video ini kita bisa menarik kesimpulan:
Ciri-ciri sebuah storytelling adalah:
1. Kekuatannya ada pada cerita. Brand sering muncul belakangan
2. Kalaupun brand muncul di depan kehadirannya menjadi
bagian dari cerita itu
sehingga tetap
tidak terlalu terasa bahwa itu adalah iklan
3.Brand terlihat muncul seperti btw tapi sebenernya
kehadirannya kuat
4. Brand diperlakukan secara netral dan tidak sebagai hero
5. Nuansa iklannya hampir gak terasa
6. Suprisenya Tinggi sehingga orang mau nge-share.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang storytelling, ada
baiknya kita memetakan dan mempelajari macam-macam cara orang berjualan yang
sering dilakukan orang:
Rough Selling; Cara berjualan dengan cara kasar dan
menyakiti hati konsumennya. Misalnya produk MLM. Mereka mengundang orang untuk
datang ke suatu tempat cuma ngasih tau bahwa ada prospek bisnis. Pas kita
datang ke rumahnya, ternyata mereka jualan. Begitu juga yang terjadi pada orang
yang jualan asuransi. Seringkali salesgirlnya berjualan dengan cara yang
memaksa sehingga kita jadi kesel dan marah. Cara berjualan seperti ini biasanya
membuat orang jadi tidak bersimpati pada brand kita.
Hard Selling; Hard selling adalah cara berjualan dengan
cara berteriak-teriak seperti tukang obat. Yang diteriakkan biasanya semua tentang
kehebatan dan semua benefit yang ada di brandnya. Cara berjualan seperti ini
biasanya sulit untuk dipercaya karena janjinya too good to be true. Kalo di
contoh hard selling disosial media
“Apakah anda ingin mempunyai bisnis yang mendongkrak penghasilan minimal
100 juta perbulan, bahkan bisa anda kerjakan secara sambilan lewat
notebook, dab gadget anda dengan cara yang mudah!!!!”
Soft Selling; Cara berjualan secara halus dengan tone and
manner yang elegan. Meskipun caranya halus, orang tentu saja tau bahwa itu
iklan. Cara berjualan seperti ini mungkin menyenangkan calon konsumen tapi
karena tahu bahwa itu iklan, mereka sering enggan untuk nge-share. Coba lihat
iklan ini. Gak ada satupun kata-katanya yang jualan. Kata-katanya justru berisi
puisi dari seorang anak untuk bapaknya di Father's day...
Semuanya hanya tulisan yaitu:
Because I’ve known you all my life
Because a red Rudge bicycle once made me the happiest boy on
the street
Because you let me play cricket on the lawn
Because you used to dance in the kitchen with a tea-towel
round your waist
Because your cheque book was always busy on my behalf
Because our house was always full of book and laughter
Because of countless Saturday morning you gave up to watch a
small boy play rugby
Because you never expected too much of me or let me get away
with too little
Because of all nights you sat working at your desk while I
lay sleeping in my bed
Because you never embarrassed me by talking about the birds
and the bees
Because I know there’s a faded newspaper clipping in your
wallet about my scholarship
Because you always made me polish…
Covert Selling; cara beriklan dengan cara menyembunyikan
brandnya. Orang tidak tau dan tidak merasa bahwa itu iklan. Cara berjualan
seperti ini biasanya tidak disukai oleh Team Marketing. Kenapa demikian? Karena mereka merasa apa
gunanya bayar mahal-mahal kalo brandnya disembunyikan? Hehehehe. Mereka gak tau
bahwa covert selling adalah cara yang paling ampuh untuk mendapatkan share. Orang
merasa gak keberatan nge-share karea merasa itu bukan iklan.
Contoh covert selling dapat diakses melalui https://www.kompasiana.com/budiman_hakim/551ae0a4a33311be20b65a69/hnp-bisa-disembuhkan-tanpa-operasi?page=all
Storytelling adanya dimana?
Storytelling ada di antara soft selling dan covert selling. Kalo digambarkan kira-kira begini.
Storytelling ada di
irisan antara soft selling dan covert selling. Diharapkan sebuah storytelling,
komunikasinya bisa halus dan elegan seperti soft selling tapi juga sekaligus
mampu mendapatkan share sebanyak mungkin seperti covert selling.
Storytelleing dalam teks
PUYUNGHAY SIALAN
Habis benerin NOTE-5 di North bridge PIM saya mampir ke
bakmi GM kangen sama Puyunghay yg menurut saya memang nomer satu di dunia. Saya
order sepiring nasi goreng dan seporsi Puyunghay. Sambil menunggu puyunghay
tiba saya foto2 nasi goreng sepuasnya. Takut keburu dingin saya makan nasi
goreng dikit-dikit sambil nunggu puyunghay. Sialnya sampai nasi goreng habis
Puyunghay sialan itu belum juga tiba. Lalu saya pakai jurus pamungkas yg selalu
berhasil. Saya panggil waiter lalu saya bilang "Order Puyunghay saya
batalkan, saya minta uang kembali"
Lalu saya dengar ribut2 dari arah dapur dan sekejap kemudian
Puyunghaysialan itu terhidang. "Bungkus" kata saya setengah
membentak. 2 menit kemudian saya keluar dari resto bakmi GM menenteng bungkusan
Puyunghay sialan itu. Kalau puyunghay ini rasanya sedang2 saja barangkali saya
sudah kapok balik dan bakmi GM saya masukkan ke Brand Hell. Sayangnya puyunghai
bakmi GM memang enak tenan. Sialaaaan!
Oleh: Subiakto Priosoedarsono
Storytelling dalam bentuk image
Coba sekali-klai lihat iklan dibeberapa bilboard. Ada banyak iiklan yang hanya mengandalkan gambar yang
bercerita. Gak satu huruf pun di sana kecuali kata-kata dalam produk yang diiklankannya.
Memasarkan produk atau brand di social media.
Brand adalah apa yang orang ceritakan tentang kita. Jadi,
apapun bisnis kalian, konsumen harus mempunyai pengalaman unik untuk
diceritakan pada komunitasnya. Nah, persoalannya adalah bagaimana kalau
ternyata produk kita tergolong generik? Setelah dipikir-pikir ternyata brand
kita tidak ada bedanya dengan brand kompetitor. Repot juga, kan? Kalau itu yang
terjadi maka Kita Perlu Menciptakan Sesuatu sehingga konsumen tetap mempunyai
pengalaman yang menarik untuk diceritakan. Caranya bagaimana?
Beliau kemudian bercerita
Saya punya temen namanya Iwan SJP. Dia pergi ke Starbucks
mengajak seorang temennya bernama Abigail. Seperti kita ketahui, setiap kali
kita memesan kopi, baristanya akan menanyakan nama pembeli lalu mereka tuliskan
di atas cup kopi kita. Nah, masalahnya, Barista tersebut salah menuliskan
spellingnya. 'Perusahaan multinasional kok bisa salah menuliskan ejaan?' Karena
kesal Iwan SJP memotret cup bertuliskan nama yg salah tersebut dan
mempostingnya di FB. Ini postingan Iwan
Kenapa kok bisa begitu, ya? Nah, ini yang kocak! Iwan tidak
mengetahui bahwa Barista tersebut ternyata menulis dengan ejaan yang salah
secara sengaja. Starbucks sedang memberi konsumennya bahan untuk diceritakan. Tanpa
disadari orang yang terjebak itu telah menjadi brand ambassador gratisan.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa di era digital, orang
tidak takut melakukan hal yang cenderung negatif dalam berkomunikasi. Buat
mereka mendapat liputan itu jauh lebih penting dari nama baik. Dan strategi itu
udah sangat biasa dilakukan oleh orang di seluruh dunia baik itu artis atau
politisi. Kalo kalian perhatikan di video tadi, Sang Barista tanpa merasa
bersalah mengatakan, "I am fucking with you." Sebuah ungkapan yang sangat tabu dalam dunia periklanan dan
branding sebelum jaman digital. Digital telah memporaporandakan tata nilai,
norma sampai bahasa.
Seorang temen beliau pernah berkata, “Gak usah heran, Om Bud,
Starbucks mah duitnya banyak. Jadi mereka bisa dengan mudah membayar orang
pinter untuk membuat strategi marketing seperti itu. Orang Indonesia mah jangan
diharepin. Boro-boro membuat strategi seperti itu, kepikiran aja kagak.” Omongan temen beliau ini salah besar. SEkarang banyak sekali ditemukan orang-orang lokal yang membuat strategi jenius dan gak kalah sama
strategi Starbucks di atas. Dan hebatnya mereka adalah pebisnis-pebisnis skala
kecil dan menengah. Contonhya adalah:
SOTO GEBRAK
Pernah mendengar Soto Gebrak? Boleh percaya boleh tidak,
soto gebrak buat sebagian orang rasanya biasa aja. Soto Ambengan Pak Sadi di
Jalan wolter Monginsidi rasanya jauh lebih enak. Soto Kudus di Jalan Wijaya 1
lebih gurih, Soto Mie di Jalan Pinangsia lebih mantap dan Soto Betawi Pondok
Pinang lezat bukan main walaupun harganya terhitung mahal. Tapi toh dia tetap
menceritakan pengalamannya makan di Soto Gebrak. Kenapa? Ketika kita memesan
soto, maka kokinya akan membanting botol kecap ke atas kayu yang dilapis seng.
Setiap kali botol digebrakkan ke meja maka akan terdengar suara yang sangat
memekakkan telinga. Hahahahaha kocak ya?
Setiap kali temennya ngajak makan siang, maka sering banget dia
ngajak mereka makan di sana, terutama yang belom pernah ke tempat itu. Kenapa
dia ngajak mereka kesana padahal makanannya gak begitu enak? Karena dia pengen
mereka kaget seperti dia pertama kali. Karena dia punya sesuatu untuk
diceritakan. Jadi dia berkesimpulan bahwa pemilik soto gebrak ini menyadari
bahwa rasa sotonya tidak cukup kuat untuk diceritakan oleh konsumennya. Karena
itu dia menciptakan gimik dan merekayasa sesuatu supaya konsumennya punya
pengalaman untuk diceritakan.
Artinya, owner soto gebrak ini secara intuisi telah
menciptakan strategi marketing keren yang tidak kalah seperti yang dilakukan
oleh perusahaan multinasional sekelas Starbucks. Gebraknya membuat konsumen
punya sesuatu unttuk diceritakan. Bukan sotonya.
SIOMAY PINK
Pernahkah mendengar Siomay Pink? Siomaynya sih biasa-biasa
aja seperti siomay pada umumnya. Yang berwarna pink adalah benda-benda lain di
luar siomay. Dulu dia sering nongkrong di Jl. Jend. Sudrman, Jakarta pas car
free day. Biasanya dia suka mangkal di setia budi atau di Bundaran HI. Bagi
orang-orang yang sering datang ke Car
Free Day bersama anak-anak dan isteri saya, biasanya mereka menetapkan Siomay
PINK sebagai meeting point.
Bagi yang sering makan di sana dan kembali tidak membuat
puas. Rasanya sih biasa aja tapi karena berfungsi sebagai meeting point, mereka
tetep nongkrong di situ dan membeli beberapa siomay untuk menyenangkan hatinya.
Belakangan kita mendapat cerita lain tentang penjual siomay
pink ini. Namanya Bapak Sriyono asli dari Klaten. Warna Pink adalah warna
favorit anaknya. Nama anaknya adalah Peksi Safira Miradalita. Pak Sriyono
bercerai dengan istrinya ketika Peksi baru berusia 3,5 tahun. Dan tragisnya,
Pak Sriyono tidak diizinkan untuk bertemu dengan anaknya itu. Nah loh, sebuah
cerita lagi, kan?
Hati kita pasti tersentuh
sekali mendengar cerita itu. Kita tidak bisa membayangkan kalau seandainya kita tidak bisa
bertemu dengan anak kita seperti yang dialami oleh Pak Sriyono. Sebagian orang, setiap kali
pergi ke Car Free Day, selalu makan siomay Pink. Dan kebanyakan dari mereka.
ke sana
bukan karena siomaynya. Siomaynya gak enak! Mereka kesana karena ceritanya. Luar
biasa kan pengaruh sebuah cerita?
Lalu dalam dunia digital ini,
apakah melakukan hal negatif kemudian disorot media adalah hal lumrah dalam
menjalankan strategi bisnis? Dunia digital memang telah
melakukan disruption luar biasa. Semua peradaban berubah. Suka gak suka kita
harus menerimanya.Misalnya Fadli Zon,
Fahri Hamzah dan Rocky Gerung. Mereka sengaja menempatkan diri sebagai tokoh
antagonis. Karena mereka tau setiap talkshow politik, pasti formatnya sama. Dua
kubu diadu untuk berargumentasi.
Ketiga orang tersebut
memilih sisi antagonis karena sisi protagonis terlalu banyak pesaing. Dan ternyata
strategi mereka tepat. Mereka jadi langganan ILC dan talkshow-talkshow selalu
mengundang mereka. Begitulah yg terjadi di social media...
Jadi pointnya adalah di
dunia digital bukan tentang positif atau negatif. Tapi yang penting dapet
liputan (Exposure) sebanyak mungkin. Cara ini sudah lama
dilakukan oleh Syahrini. Dia sering bikin video norak seperti maju mundur maju
mundur. Itu video sengaja dibuat untuk memancing netizer agar membully
Syahrini. Dengan kata lain, merangkai cerita dalam sebuah digital marketing adalah untuk sebuah
eksistensi, tanpa peduli akan adanya "kegaduhan". Jadi apakah akan terjagi bully, tidak masalah. Lagi-lagi yang penting exposure. Coba liat tweet-teet nya ketiga orang di atas. Liat
komen-komen yang ada. 75% isinya bully-an semua. Apakah ketiga orang itu terganggu?
Justru mereka bersyukur merasa pancingannya dimakan umpan. Pokoknya pointnya
sederhana: Bagaimana mendapatkan exposure sebanyak mungkin
Mengalir penuh alur...alur yang mengalir penuh makna...mantab
BalasHapusterimaksih...semangat belajar menulis
HapusKeren lengkap pool
BalasHapusKereeen banget, mengisi ngabuburit sambil baca tulisan pak hery...
BalasHapusUdah bnyk jg ternyata tulisannya ya pak Heri.... Kerreennn...
BalasHapus