Sabtu, 16 Mei 2020

Srorytelling; Menembus Batas Digital Marketing


Srorytelling; Menembus Batas Digital Marketing 

Berbagai cara orang atau lembaga lakukan untuk dapat mamasarkan produknya. Dari yang terang-terangan dengan cara memaksa, penipuan secara halus, sampai memasukkan doktrin produk tanpa terasa oleh kunsumennya. Salah satu strategi pemasaran yang layak diperhitungkan dalam dunia digital marketing adalah Storytelling. Apa dan bagimana story telling itu, berikut paparan hasil bincang-bincang dengan Budiman Hakim yang biasa dipanggil Om Bud 

Apa sih storytelling itu?
Storytelling storytelling adalah menyampaikan sebuah narasi, alur atau cerita. Gampangnya adalah mendongeng

Siapa yang pernah didongengin orangtua waktu kecil? Pasti banyak ya. Nah, pernah suatu hari Om Bud ngajar di Laku Kopi Bintaro. Salah satu pesertanya ada yang berusia 70 tahun. Ibu ini mengaku dia sering didongengin. Hebatnya ibu ini masih inget cerita si Kancil yang dibacakan orangtuanya waktu dia berusia 5 tahun. Coba bayangkan! Ibu itu usianya 70 tahun dan masih bisa mengingat dongeng yang dia dengar 65 tahun yang lalu. Ck…ck…ck…  Luar biasa kan?

Dan ternyata ini tidak hanya terjadi pada ibu itu tapi dialami oleh banyak sekali orang di dunia. Hal inilah yang membuat pakar-pakar marketing berpikir,  “Kalo iya sebuah cerita mampu menanamkan pesan sedemikian dahsyat, kenapa cara mendongeng tidak dijadikan saja sekalian sebagai strategi marketing?”  Setelah  ditela’ah lebih dalam, ternyata cara menyampaikan pesan melalui cerita memang adalah cara yang terbaik. Kenapa? Karena, ternyata, bercerita adalah juga cara Tuhan dalam menyampaikan pesan pada umatnya. Dan ini bisa kita lihat dan buktikan dalam semua kitab suci agama apapun.

Contoh storytelling

Coba diliat dulu video ini. Semoga bisa dibuka ya....

Setelah melihat video ini kita bisa menarik kesimpulan:
Ciri-ciri sebuah storytelling adalah:
1. Kekuatannya ada pada cerita. Brand  sering muncul belakangan
2. Kalaupun brand muncul di depan kehadirannya menjadi bagian dari cerita itu   
    sehingga tetap tidak terlalu terasa bahwa itu adalah iklan
3.Brand terlihat muncul seperti btw tapi sebenernya kehadirannya kuat
4. Brand diperlakukan secara netral dan tidak sebagai hero
5. Nuansa iklannya hampir gak terasa
6. Suprisenya Tinggi sehingga orang mau nge-share.

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang storytelling, ada baiknya kita memetakan dan mempelajari macam-macam cara orang berjualan yang sering dilakukan orang:

Rough Selling; Cara berjualan dengan cara kasar dan menyakiti hati konsumennya. Misalnya produk MLM. Mereka mengundang orang untuk datang ke suatu tempat cuma ngasih tau bahwa ada prospek bisnis. Pas kita datang ke rumahnya, ternyata mereka jualan. Begitu juga yang terjadi pada orang yang jualan asuransi. Seringkali salesgirlnya berjualan dengan cara yang memaksa sehingga kita jadi kesel dan marah. Cara berjualan seperti ini biasanya membuat orang jadi tidak bersimpati pada brand kita.

Hard Selling; Hard selling adalah cara berjualan dengan cara berteriak-teriak seperti tukang obat. Yang diteriakkan biasanya semua tentang kehebatan dan semua benefit yang ada di brandnya. Cara berjualan seperti ini biasanya sulit untuk dipercaya karena janjinya too good to be true. Kalo di contoh hard selling disosial media  “Apakah anda ingin mempunyai bisnis yang mendongkrak penghasilan minimal 100 juta perbulan, bahkan bisa anda kerjakan secara sambilan lewat notebook, dab gadget anda dengan cara yang mudah!!!!”

Soft Selling; Cara berjualan secara halus dengan tone and manner yang elegan. Meskipun caranya halus, orang tentu saja tau bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini mungkin menyenangkan calon konsumen tapi karena tahu bahwa itu iklan, mereka sering enggan untuk nge-share. Coba lihat iklan ini. Gak ada satupun kata-katanya yang jualan. Kata-katanya justru berisi puisi dari seorang anak untuk bapaknya di Father's day...

Semuanya hanya tulisan yaitu:
Because I’ve known you all my life
Because a red Rudge bicycle once made me the happiest boy on the street
Because you let me play cricket on the lawn
Because you used to dance in the kitchen with a tea-towel round your waist
Because your cheque book was always busy on my behalf
Because our house was always full of book and laughter
Because of countless Saturday morning you gave up to watch a small boy play rugby
Because you never expected too much of me or let me get away with too little
Because of all nights you sat working at your desk while I lay sleeping in my bed
Because you never embarrassed me by talking about the birds and the bees
Because I know there’s a faded newspaper clipping in your wallet about my scholarship
Because you always made me polish…

Covert Selling; cara beriklan dengan cara menyembunyikan brandnya. Orang tidak tau dan tidak merasa bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini biasanya tidak disukai oleh Team Marketing.  Kenapa demikian? Karena mereka merasa apa gunanya bayar mahal-mahal kalo brandnya disembunyikan? Hehehehe. Mereka gak tau bahwa covert selling adalah cara yang paling ampuh untuk mendapatkan share. Orang merasa gak keberatan nge-share karea merasa itu bukan iklan.
Contoh covert selling dapat diakses melalui https://www.kompasiana.com/budiman_hakim/551ae0a4a33311be20b65a69/hnp-bisa-disembuhkan-tanpa-operasi?page=all

Storytelling adanya dimana?
Storytelling ada di antara soft selling dan covert selling. Kalo digambarkan kira-kira begini. 

Storytelling ada di irisan antara soft selling dan covert selling. Diharapkan sebuah storytelling, komunikasinya bisa halus dan elegan seperti soft selling tapi juga sekaligus mampu mendapatkan share sebanyak mungkin seperti covert selling.

Storytelleing dalam teks

PUYUNGHAY SIALAN

Habis benerin NOTE-5 di North bridge PIM saya mampir ke bakmi GM kangen sama Puyunghay yg menurut saya memang nomer satu di dunia. Saya order sepiring nasi goreng dan seporsi Puyunghay. Sambil menunggu puyunghay tiba saya foto2 nasi goreng sepuasnya. Takut keburu dingin saya makan nasi goreng dikit-dikit sambil nunggu puyunghay. Sialnya sampai nasi goreng habis Puyunghay sialan itu belum juga tiba. Lalu saya pakai jurus pamungkas yg selalu berhasil. Saya panggil waiter lalu saya bilang "Order Puyunghay saya batalkan, saya minta uang kembali"

Lalu saya dengar ribut2 dari arah dapur dan sekejap kemudian Puyunghaysialan itu terhidang. "Bungkus" kata saya setengah membentak. 2 menit kemudian saya keluar dari resto bakmi GM menenteng bungkusan Puyunghay sialan itu. Kalau puyunghay ini rasanya sedang2 saja barangkali saya sudah kapok balik dan bakmi GM saya masukkan ke Brand Hell. Sayangnya puyunghai bakmi GM memang enak tenan. Sialaaaan!
Oleh: Subiakto Priosoedarsono

Storytelling dalam bentuk image

Coba sekali-klai lihat iklan dibeberapa bilboard. Ada banyak iiklan yang hanya mengandalkan gambar yang bercerita. Gak satu huruf pun di sana kecuali kata-kata dalam produk yang diiklankannya.


Memasarkan produk atau brand di social media.
Brand adalah apa yang orang ceritakan tentang kita. Jadi, apapun bisnis kalian, konsumen harus mempunyai pengalaman unik untuk diceritakan pada komunitasnya. Nah, persoalannya adalah bagaimana kalau ternyata produk kita tergolong generik? Setelah dipikir-pikir ternyata brand kita tidak ada bedanya dengan brand kompetitor. Repot juga, kan? Kalau itu yang terjadi maka Kita Perlu  Menciptakan Sesuatu sehingga konsumen tetap mempunyai pengalaman yang menarik untuk diceritakan. Caranya bagaimana?

Beliau kemudian bercerita 
Saya punya temen namanya Iwan SJP. Dia pergi ke Starbucks mengajak seorang temennya bernama Abigail. Seperti kita ketahui, setiap kali kita memesan kopi, baristanya akan menanyakan nama pembeli lalu mereka tuliskan di atas cup kopi kita. Nah, masalahnya, Barista tersebut salah menuliskan spellingnya. 'Perusahaan multinasional kok bisa salah menuliskan ejaan?' Karena kesal Iwan SJP memotret cup bertuliskan nama yg salah tersebut dan mempostingnya di FB.  Ini postingan Iwan

Kenapa kok bisa begitu, ya? Nah, ini yang kocak! Iwan tidak mengetahui bahwa Barista tersebut ternyata menulis dengan ejaan yang salah secara sengaja. Starbucks sedang memberi konsumennya bahan untuk diceritakan. Tanpa disadari orang yang terjebak itu telah menjadi brand ambassador gratisan.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa di era digital, orang tidak takut melakukan hal yang cenderung negatif dalam berkomunikasi. Buat mereka mendapat liputan itu jauh lebih penting dari nama baik. Dan strategi itu udah sangat biasa dilakukan oleh orang di seluruh dunia baik itu artis atau politisi. Kalo kalian perhatikan di video tadi, Sang Barista tanpa merasa bersalah mengatakan, "I am fucking with you." Sebuah ungkapan yang sangat tabu dalam dunia periklanan dan branding sebelum jaman digital. Digital telah memporaporandakan tata nilai, norma sampai bahasa. 

Seorang temen beliau pernah berkata, “Gak usah heran, Om Bud, Starbucks mah duitnya banyak. Jadi mereka bisa dengan mudah membayar orang pinter untuk membuat strategi marketing seperti itu. Orang Indonesia mah jangan diharepin. Boro-boro membuat strategi seperti itu, kepikiran aja kagak.” Omongan temen beliau ini salah besar. SEkarang banyak sekali ditemukan orang-orang lokal yang membuat strategi jenius dan gak kalah sama strategi Starbucks di atas. Dan hebatnya mereka adalah pebisnis-pebisnis skala kecil dan menengah. Contonhya adalah:

SOTO GEBRAK

Pernah mendengar Soto Gebrak? Boleh percaya boleh tidak, soto gebrak buat sebagian orang rasanya biasa aja. Soto Ambengan Pak Sadi di Jalan wolter Monginsidi rasanya jauh lebih enak. Soto Kudus di Jalan Wijaya 1 lebih gurih, Soto Mie di Jalan Pinangsia lebih mantap dan Soto Betawi Pondok Pinang lezat bukan main walaupun harganya terhitung mahal. Tapi toh dia tetap menceritakan pengalamannya makan di Soto Gebrak. Kenapa? Ketika kita memesan soto, maka kokinya akan membanting botol kecap ke atas kayu yang dilapis seng. Setiap kali botol digebrakkan ke meja maka akan terdengar suara yang sangat memekakkan telinga. Hahahahaha kocak ya?
Setiap kali temennya ngajak makan siang, maka sering banget dia ngajak mereka makan di sana, terutama yang belom pernah ke tempat itu. Kenapa dia ngajak mereka kesana padahal makanannya gak begitu enak? Karena dia pengen mereka kaget seperti dia pertama kali. Karena dia punya sesuatu untuk diceritakan. Jadi dia berkesimpulan bahwa pemilik soto gebrak ini menyadari bahwa rasa sotonya tidak cukup kuat untuk diceritakan oleh konsumennya. Karena itu dia menciptakan gimik dan merekayasa sesuatu supaya konsumennya punya pengalaman untuk diceritakan.
Artinya, owner soto gebrak ini secara intuisi telah menciptakan strategi marketing keren yang tidak kalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan multinasional sekelas Starbucks. Gebraknya membuat konsumen punya sesuatu unttuk diceritakan. Bukan sotonya.

SIOMAY PINK
Pernahkah mendengar Siomay Pink? Siomaynya sih biasa-biasa aja seperti siomay pada umumnya. Yang berwarna pink adalah benda-benda lain di luar siomay. Dulu dia sering nongkrong di Jl. Jend. Sudrman, Jakarta pas car free day. Biasanya dia suka mangkal di setia budi atau di Bundaran HI. Bagi orang-orang yang  sering datang ke Car Free Day bersama anak-anak dan isteri saya, biasanya mereka menetapkan Siomay PINK sebagai meeting point.
Bagi yang sering makan di sana dan kembali tidak membuat puas. Rasanya sih biasa aja tapi karena berfungsi sebagai meeting point, mereka tetep nongkrong di situ dan membeli beberapa siomay untuk menyenangkan hatinya.

Belakangan kita mendapat cerita lain tentang penjual siomay pink ini. Namanya Bapak Sriyono asli dari Klaten. Warna Pink adalah warna favorit anaknya. Nama anaknya adalah Peksi Safira Miradalita. Pak Sriyono bercerai dengan istrinya ketika Peksi baru berusia 3,5 tahun. Dan tragisnya, Pak Sriyono tidak diizinkan untuk bertemu dengan anaknya itu. Nah loh, sebuah cerita lagi, kan?
Hati kita pasti tersentuh sekali mendengar cerita itu. Kita  tidak bisa membayangkan kalau seandainya kita tidak bisa bertemu dengan anak kita seperti yang dialami oleh Pak Sriyono. Sebagian orang, setiap kali pergi ke Car Free Day, selalu makan siomay Pink. Dan kebanyakan dari mereka.
ke sana bukan karena siomaynya. Siomaynya gak enak! Mereka kesana karena ceritanya. Luar biasa kan pengaruh sebuah cerita?

Lalu dalam dunia digital ini, apakah melakukan hal negatif kemudian disorot media adalah hal lumrah dalam menjalankan strategi bisnis? Dunia digital memang telah melakukan disruption luar biasa. Semua peradaban berubah. Suka gak suka kita harus menerimanya.Misalnya Fadli Zon, Fahri Hamzah dan Rocky Gerung. Mereka sengaja menempatkan diri sebagai tokoh antagonis. Karena mereka tau setiap talkshow politik, pasti formatnya sama. Dua kubu diadu untuk berargumentasi.
Ketiga orang tersebut memilih sisi antagonis karena sisi protagonis terlalu banyak pesaing. Dan ternyata strategi mereka tepat. Mereka jadi langganan ILC dan talkshow-talkshow selalu mengundang mereka. Begitulah yg terjadi di social media...
Jadi pointnya adalah di dunia digital bukan tentang positif atau negatif. Tapi yang penting dapet liputan (Exposure) sebanyak mungkin. Cara ini sudah lama dilakukan oleh Syahrini. Dia sering bikin video norak seperti maju mundur maju mundur. Itu video sengaja dibuat untuk memancing netizer agar membully Syahrini. Dengan kata lain,  merangkai cerita dalam sebuah digital marketing adalah untuk sebuah eksistensi, tanpa peduli akan adanya "kegaduhan". Jadi apakah akan terjagi bully, tidak  masalah. Lagi-lagi yang penting exposure. Coba liat tweet-teet nya ketiga orang di atas. Liat komen-komen yang ada. 75% isinya bully-an semua. Apakah ketiga orang itu terganggu? Justru mereka bersyukur merasa pancingannya dimakan umpan. Pokoknya pointnya sederhana: Bagaimana mendapatkan exposure sebanyak mungkin

5 komentar:

  1. Mengalir penuh alur...alur yang mengalir penuh makna...mantab

    BalasHapus
  2. Kereeen banget, mengisi ngabuburit sambil baca tulisan pak hery...

    BalasHapus
  3. Udah bnyk jg ternyata tulisannya ya pak Heri.... Kerreennn...

    BalasHapus