Motivasi Menulis Buku dan Berprestasi
Materi kali ini disampaikan oleh Dr. H. IMRON ROSIDI, S.Pd., M.Pd., beliau lahir di Surabaya, 10 Juni 1966. Pengabdian beliau sebagai guru sudah
sangat luar biasa yaitu 36 tahun, 5 bulan.
Pendidikan terakhir beliau adalah
Pascasarjana S3 bahasa Indonesia. Sepanjang karirnya sebagai guru beliau
sudah memperoleh banyak prestasi yaitu: Juara III Lomba Penulisan Buku tingkat
nasional tahun 2004, Juara III Lomba
Karya Ilmiah Jawa Timur tahun 2005, , Juara II tingkat Nasional Lomba Keberhasilan
Guru tahun 2006, Terpilih sebagai peserta pertukaran tokoh masyarakat
Indonesia-Amerika 2006, Juara II Lomba
Penulisan Buku tingkat nasional tahun 2009, Penulis artikel terbaik versi
majalah Media Jatim tahun 2010 dan 2011, Juara I Guru Prestasi Tingkat nasional
tahun 2011, Juara I Guru Prestasi tingkat Jatim tahun 2011, Terpilih menjadi
peserta kunjungan ke Australia tahun 2013, Juara Lomba Best Practice Tingkat
Nasional tahun 2014, Juara 1 Menulis Legenda Pasuruan 2016, Instruktur Nasional
Kepala Sekolah Kurikulum 2013 Tahun 2015, Narasumber untuk Instruktur Nasional
Kurikulum 2013 untuk guru, Narasumber penulisan buku tingkat nasional,
Narasumber penyusunan PKB Guru dan KS,
Selain itu beliau juga sebagai penulis buku pelajaran, buku
pendidikan dan buku umum dari penerbit UM Press, Kanisius, Sidogiri Press, dan
lain-lain. Beberapa artikel beliau tulis di majalah Media Jatim dan Radar Bromo
serta artikel ilmiah pada beberapa Jurnal. Beliau juga sebagai Juri Lomba Guru
Prestasi Tingkat Jawa Timur selama 4 tahun dan koordinator penilaian DUPAK Guru
dan KS tingkat Jawa Timur.
Pada kesempatan kali ini, beliau menyampaikan materi dengan
memberikan slide show power point dan diperkaya dengan diskusi melalui WA.
Beliau mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada orang yang tidak bisa menulis buku.
Yang ada adalah orang yang tidak mau menulis buku.
Mengapa kita bisa menulis buku?
Ada beragam motivasi orang untuk menulis, dari yang ingin mencari
identitas diri, untuk mendapatkan uang/royalty, popularitas, bahkan hanya karena kewajiban
atau terpaksa menuis karena tugas saja. Dan semuanya hanya bermuara kepada kehidupan
dunia saja. Sebagian lain mereka ingin berbagi
inspirasi,
menyuarakan kebenaran, dan menyebarkan
ilmu.
“Menulis itu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan”
ungkapnya. Kita semua punya gagasan, pikiran, dan perasaan, berarti pastilah bisa
menulis. Selanjutnya beliau mengubaratkan dengan seseorang yang bisa lancar
berbicara. Setiap bertemu langsung berbicara tanpa mikir. Tapi ketika menulis,
mereka tidak bisa. Padahal keduanya
sama, yaitu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan.
Syarat bisa menulis
Menulis itu hanya 4 syaratnya yaitu: mau, tekun, nekat, dan baca
Kemudian beliau meberikan contoh tulisann mahasiswa, tulisan
santri dari pondok sidogiri dan salafiyah, dan dari para guru.
Mengapa guru tidak menulis, ada 2 jawaban. 1. Belum menemukan
alasan mengapa harus menulis dan 2. Tidak tahu
cara menulis. Nah di sini kita perlu mengetahui alasan menulis dan cara
menulis. Ingat. Menulislah denag jelek dan jangan takut salah. Sebab orang yang
tidak pernah salah hanyalah orang yang tidakk pernah berbuat apa-apa.
Menulis itu keterampilan yang terlatih
Menulis itu keterampilan. Maka harus terus berlatih. Berlatih
menulis, bukan dipelajari. Sebagaimana pemain sepak bola. Dia harus terus
berlatih. Tetapi dia juga perlu vitamin. Apa vitaminnya seorang penulis. Ya
buku-buku tentang teori menulis dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
menulis. Biarlah tulisan kita awalnya tidak terlalu bagus. Yakinlah dengan
terus berlatih akan ada peningkatan, dari segi kedalaman konten maupun bahasa.
Pengalaman beliau menulis buku, diawali dg menulis LKS. Dari LKS
ini justru beliau mendapatkan semuanya. Itu dulu, karena dulu LKS wajib
dimiliki siswa. Setelah itu beliau menulis buku-buku umum untuk dilombakan di
tingkat nasional. Alhamdulillah dua kali juara nasional. Selanjutnya menulis
buku pelajaran dan sekaranh aktif menulis buku peekuliahan dan umum
Menerbitkan buku bisa diawali dengan menulis kumpulan puisi,
kumpulan cerpen. Lanjut ke buku umum,
atau buku-buku motivasi dan buku pelajaran. Lakukan pasti bisa.
Ada orang yang ingin bertanya bagaimana teknis menulis buku
pelajaran yang menarik sehubungan genarasi digital kenyataannya kurang suka
membaca buku. Untuk menjawab itu, maka dilihat dulu siapa pembacanya. Masalah siswa sekarang lebih
suka youtube karena memang peradabannya sudah seperti itu. Setiap hari dan
detik buka hp, bukan buka buku. Kalau menulis buku dan digemari penerbit (buku
umum) ya menulis hal-hal yang saat ini sdh hit. Mungkin tulisan ttg kiat
belajar di rumah di saat pandemi virus corona lebih menarik. Atau tulisan yg
berisi pengalaman orang2 sukses, bagaimana saat dia menjadi siswa juga menarik.
Dicoba saka ibu. Jangan tajut jelek dan tdk laku
Lalu mengapa ada yang sebagian orang yang suka membaca dan menulis
dan slalu terputus ditengah jalan? Bisa jadi hal ini dikarenakan antara otak
kita yang berjalan lancar denga tangan kita yang mengetik, jauh lebih cepat
otak kita. Waktu menulis anggaplah sedang berbicara. Kalau ada yang salah saat
mengetik, mungkin salah huruf, kurang huruf, kalimatnya kurang baik. Biarkan
saja. Terus menulis jangan takut salah. Setelah dianggap selesai, mungkin empat sampai enam paragraf. Setelah itu baca lagi sambil
membenahi yang salah. Masalah kemandegan, belum selesai berhenti, itu karena
kurangnya motivasi dlm.menulis. kalau menulis artikel populer, cerpen, puisi harusnya
sekali duduk. Malanya sebelum menulis, penuhi dulu wawasan kita tentang apa yang
akan ditulis.
Untuk langkah awal yang bisa memberi semangat kita untuk kita bisa
menemukan sesuatu agar bisa berlanjut ke menulis harus selalu mempersejatai
denga sebuah pena. Sekarang bisa denga hp untuk mencatat ide yg muncul tiba-tiba.
Tidak boleh ditunda. Terus tentukan, tulis dalaam bentuk yang paling sederhana,
artikel populer. Tulis paling tidak tiga sampai lima halaman. Setelah selesai
kemudian baca lagi. Setelah yakin kirim
ke majalah atau surat kabar. Misal ke radar dulu. Satu kali terbit maka nama
kita akan dicatat oleh tim redaktur. Usahakan tulisan tersebut memang hasil
dari kemauan panggilan jiwa atau passionnya.
Memang setiap orang berbeda passion. Untuk memulai menulis memenag
diperlukan gairah dan motivasi. Keduanya
sejoli dan berjodoh. Ketika ada motivasi harus nulis agar ada kebanggaan degan
hasilnya. Saat itu bisa muncul gairah.
Gairah ini akan terus bertambah ketika tulisan kita terbit. sampai akhirnya
terus menulis dan menulis.
Bagaimana Menerbitkan Buku?
Tidak sedikit
orang bertanya bagaimana cara menerbitkan buku dari sejak embrio sampai kepercetakanpenerbit.
Kegalauan inimenjadi wajar, apalagi kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
berikutnya. Cara penerbitan apa yang dapat digunakan?
Untuk menjawab
hal tersebut ada tiga cara yang dilakukan yaitu; mayor publishing, self
publishing dan Jual putus. Ketiganya mempunyai kelebihan dan keurangan sendiri.
Seperti dijelaskan dibawah ini:
Mayor Publishing
Penerbit mayor adalah perusahaan penerbitan besar, punya nama dan modal
cukup yang membuat para penulis berbondong-bondong mengirimkan naskahnya.
Bukunya pasti berISBN. Mereka mempunyai tenaga kerja yang profesional dari, cover,
editor, penata letak, desainer, ditribusi, promosi dan lain-lain.
Kelebihan Mayor Publishing
Kelebihan Mayor Publishing
·
Distribusi
yang luas
·
Hampir
tanpa modal
·
Lebih
praktis
Kelamahan Myor Publishing
·
Kurang
fleksibel
·
Margin
profit yang lebih kecil (royalti: 10%)
Self Publishing
Self Publishing adalah penerbitan mandiri alias menerbitkan buku sendiri. Artinya penulis melkukan semua proses penulisan; Editing, desain, tataletak buku, permohonan ISBN dan barcode diperputakaan nasional diurus oleh dirinya sendiri. Demikian juga dengan penerbitmya atau percetakannya. Pun termasuk pemasarannya.
Kelebihan Self
Publishing
· Fleksibel
· Margin
profit yang lebih tinggi
Pasti
terbit
Kelemahan Self publishing
·
Distribusi
yang lebih sulit
·
Perlu
modal besar
·
Banyak
hal yang harus dikerjakan
JUAL
PUTUS
Jual putus artinya
karya tulis adalah naskah dari penulis lansung dibeli oleh penerbit. Negoisasi
harga harus sesuai dengan kesepakatan antara penulis dan penerbit. Bila jual
putus initerlaksana, maka penulis tidak mendapatkan royalti dari karyanya.
Kelebihan jual putus
Cepat
mendapatkan uang
Tidak
berkurang meskipun buku kurang laku terjual
Praktis
Kelemahan jual putus
Pendapatan
sesuai dengan kesepakatan
Hak cetak
ditangan penerbit
Pendapatan
tdk bertambah meskipun dicetak berulang-ulang
Demikian yang dapat disampaikan,
semoga bermnfaat. Salam Blogger
Tidak ada komentar:
Posting Komentar