Tips Menerbitkan Buku di Penerbit Mayor
“Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh”
“Selamat siang semuanya. Guru guru hebat Indonesia”
“Siang ini kita akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan
pengalaman dari bapak Ukim Komarudin”
“Kepada pak Bambang Ayah Salwa Saya persilahkan memimpin
acara dan menjadi moderatornya”
Demikan Om Jay menyapa kami untuk membuka kegiatan menulis
gelombang 8.
“Terimaksih om jay yang
memberikan kesempatan kepada saya untuk memandu pembelajaran siang ini”
“Alhamdulillah hari ini kita kedatangan Pemateri yang luar
biasa”.
“Kita sapa Bapak Ukim”
“Bapak Ukim bagaimana kabarnya?” Mr Bambang kemudian
mengambil alih forum kegiatan menulis ini
“Baik, Mr. Bams. Sehat. semoga Mr. Bams juga ya. Semoga
teman-teman semua juga dalam kondisi sehat wal afiat”. Demikan jawab pak Ukim
Alhamdulillah materi ini dibuka dengan tegur sapa yang
hangat dari om Jay MrBams dan Pak Ukim sebagai pemateri. Sebelum memulai
meteri, seperti biasa MrBam memberikan aturan untuk tanya jawab yaitu:
Untuk penamya bisa japri ke 088809405468 dengan ketentuan
1. Sebutkan nama dan daerah
2. Hanya 1 pertanyaan
3. Pertanyaan dikirim paling cepat 14.45 (diluar itu tak
akan dilayani)
Selanjutnya pak Ukim -- walaupun sudah melanglang buana
sebagai penulis dan pengisi materi pelatihan-- beliau buka dengan penuh
kerendahhatian.
Saya sangat berterima kasih kepada panitia yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi. Saya masih belajar. Jadi mohon
maaf apabila yang saya sampaikan sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan
saya berani berbagi dalam kesempatan seperti ini. Mohon doanya, semoga
bermanfaat.
Pertama, saya berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi
saya. Oleh karena itu, saya merasa sangat penting agar saya memiliki tempat
mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu saya menemukan
menulis adalah sarana yang tepat buat saya. Saya tak pernah merasa khawatir,
terkait dengan kualitas tulisan saya. Saya juga tidak perduli dengan ragam atau apa yang menjadi trend di
masyarakat. Pokoknya menulis.
Kedua menulis adalah kebutuhan. Saya merasa menemukan
lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan
hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah saya
menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya. Menulis apa
adanya.
Ketiga saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis terkait
pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan
di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis. Hingga
sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang
dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya
bagus. Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga, tulisan saya
dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa
saya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa
sepenggal tulisan saya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dan sebagainya.
Keempat, karena komentar tersebut, saya mencoba membukukan
tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam semua kejadian karena saya memang
senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang
saya tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak
"cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam
kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya menuliskan judul
buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk
mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat
bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Demikianlah waktu itu, saya yang kebetulan menjadi
penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain
karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran. Saya
diinterview terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata
pelajaran. Kedua, buku pribadi saya, "Menghimpun yang Berserak."
Dalam kesempatan interview itulah saya banyak mendapatkan pengetahuan terkait
tips dan trik menerbitkan buku. Saya banyak mendapatkan pelajaran menyangkut
hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya,
membuat saya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya,
"Apakah ketika saya menulis
buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di
pasaran?" Kalau sudah ada, apakah
buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya?
Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal
terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman
dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan
ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat
privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.
Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih,
ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat
dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu mungkin
editor. Sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak
diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya
sepertinya punya potensi atau
"layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya saya memang
harus dipoles di sana sini. Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka
proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar
sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas,
semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan saya, begitu
teman saya meyakinkan saya.
Oleh-oleh itulah yang menyebabkan saya menindaklanjuti
pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran
yang ditulis bersama, saya mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang
berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menangkut
buku saya selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika saya
setuju. Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum
naik cetak, yang sangat penting dalam
proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika
akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang
saking gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca
persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi
karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar
bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima
buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut
berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya diajak bicara terkait dengan
teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana
membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan
masukan yang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit akan menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada
penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan
mendapat royaltinya. Untuk hal tersebut
juga saya tidak pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian adalah mengusahakan buku saya dapat
dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat
sekarang. Kebetulan saya pembicara, saya berupaya menjual buku-buku saya pada
kesempatan bicara tersebut. Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali,
kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku,
"Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit.
Kurang lebih, seperti itulah kira-kira. Mohon maaf apabila kurang lengkap.
semoga dapat dilengkapi ketika nanti tanya jawab.
Saat Sesi Tanya Jawab
P1
Assalamu'alaikum. Saya Ratna Jumpa dari Sigli Aceh, ingin
menanyakan kepada Bapak, bagaimana kriteria
layak atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku
pelajaran. Trima kasih.
Ibu Ratna yang baik.
Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait
buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan
pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar
biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);
dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik. N
P2
Assalamualaikum Om Ukim yg budiman, perkenalkan sy Syukri
dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya bertanya ttg pengalaman om Ukim dalam
tulis menulis:
1. Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik.
2. Media apa tempat mempublish tulisan om pertama kali.
3. Gimana latar belakang buku guru juga manusia sehingga
bisa best seller, dan buku best seller
tsb brp exsemplar laku dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak
privasi)
4. Dari awal mulai om menulis sanpai sekarang, ada ndak
berubah motivasi om ukim dalam menulis.
5. Saat oom di intervew sama siapa, dan apa hal yg sangat
berkesan dari intervew tsb?
6. keseharian om ukim seperti apa kesibukannya?
7. apakah buku karya om ukim semua diterbitkan di mayor?
8. buku mengumpulkan yg berserak tsb berapa naskah semuanya?
1. Om Syukri yang kreatif. Paling lama 6 bulan. Jika tidak
ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
2. Saya menulis di buletin sekolah, kemudian buletin
pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
3. Buku Guru juga
Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat
itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari
medsos itu.
4. Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak
saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai
menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis.
Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering
dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
5. Yang interview dari dulu sampai kini sudah saya tahu.
Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan ternyata sering
benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal membuat buku saya
laku di pasaran.
6. Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya. Dia ada yang
berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya
dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya
syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.
P3
Mau tanya kepada Pak Ukim Komarudin
Jika menulis di mayor di kasih waktu berapa lama untuk
menulis setelah menyetorkan judul atau setelah kontrak di berikan, apakah
setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor, akan di tawari kerja sama
lagi setiap tahunnya?
Mohamad Soni Jombang
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika bertemu penerbit saya
sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara. Saya sering diminta
menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang
dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah
jilid belasan. Masalahnya di pembagian
waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa
kompromi. Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada
tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas? N
P4
Saya ,Sri Budi Handayani dari Gresik mau bertanya Bagaimana
mengetahui gaya selingkung penerbit.
Ibu Sri, saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang
itu. Bisa terkuras energi kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis
untuk diri saya. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak
mendapat konfirmasi sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka
menerbitkan dan menjual buku saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi
amal yangdipakai kebaikan. Saya kurang suka dengan hal-hal yang diluar
jangkauan saya
P5
Pertanyaan pertama, Saya
dulu menulis banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah
bosan.Bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan kedua, saya suka menulis novel.Tapi,kenapa saya
terus mengulang ulang kesalahan yg sama.Misal tokoh terlalu banyak,jalan cerita
mudah ketebak,bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan ketiga, saya mempunyai asisten penulis
novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas.Alasan saya butuh
asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan menjadi
suka menggambar.Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari sudut
pandang bayak orang, tapi apakah langkah itu sudah betul?
Pertanyaan ke empat, karena banyak orang yang membatu saya, apakah
mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan penulisnya
Diduga Bapak salah memilih kategori ekspresi menulis. Bapak,
harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan Bapak. Ada tipe
sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Mungkin bertahap ya,
pak. dari lari jarak pendek karen latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas
satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan
ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah,
jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur
kemana-mana.
saya tipe orang yang sering menyembunyikan karya jika belum
final. Saya orang teater, pak. Saya suka membuat kejutan dengan membina
puncak-puncak cerita. Termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang
mengejutkan.
Permasalahan Penulis Pemula
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis
sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima
lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar. Tulis
saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika
mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu
bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah
dicari dan dibenarkan orang.
Benar, Pak. Membaca yang banyak dan siapa saja yang Bapak
suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri
sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ...
tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh ...N
P6
Nama : makhmud Asal :
gempol pasuruan
Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan utk menulis
sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan. Bagaimana memulai menulis
buku yang bisa meyakinkan bagi penulis .
Pak Makhmud yang berani, Mulailah menulis dengan membaca
buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan
Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca
untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan
seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak dahulu. kalau
Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca
karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ, bapak punya standar
sendiri.
P7
Assalamualaikum wr wb. Saya hetty setyoningrum dari smpn 1
kaloran temanggung, jawa tengah. Ingin bertanya adakah tips dan trik agar kita
bisa menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? bagaimana cara
menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis(memulainya)? terimakasih. Wassalamualaikum.
wr.wb
Sahabatku Hetty, penulis yang baik memang pembaca yang baik.
Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi
tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas. Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif)
pasokannya adalah membaca (receptif). Manulis saja. Dengarkan respons dari
sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar