Senin, 02 November 2020

Tugas guru bukan memberi tugas

Tugas guru bukan memberi tugas



Masa pandemi ini memang ujian terberat bagi orangtua peserta didik dan juga guru. Pembelajaran yang dilakukan dengan cara daring menguras tenaga dan pikiran orang tua peserta didik dan guru. Selain itu sarana prasarana dan juga biaya adalah kendala yang tidak bisa terelakkan lagi. Belum lagi secara psikologis para orang tua dan guru, yang sebagian belum siap untuk menghadapi kegaiatn pembelajaran yang dilakukan dengan cara jarak jauh. 

Banyak orangtua yang protes kepada guru. Enak menjadi guru dimasa pandemi ini haya memberi tugas saja. Semua bimbingan dan pembelajaran dilakukan oleh orang tua di rumah. Guru hanya cukup mengirimkan tugas-tugas lewat grup WA kelas. Dalam sehari tugas yang harusnya dikerjakan oleh tiga orang guru, tapi diserahkan hanya kepada satu orang tua saja. (Kebanyakannya ibu. Karena ayah harus bekerja). Guru A membuat tugas hafalkan bacaan surat-surat pendek. Guru B hafalkan lagu Peramah dan sopan. Guru C buat video tentang macam-macam gerak lokomotor. Materi dapat di download di Youtube. Serahkan tugas maksimal jam 9 malam. Guru sama sekali tidak memberi bimbingan kepada peserta didiknya. Sungguh malang orangtua yang menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan yang mempunyai guru seperti ini. Sehingga, tidak jarang orang tua kemudian datang ke Sekolah dan menumpahkan uneg-unegnya. Dia marah-marah dan mengatakan bahwa" Ngapain saya sekolahkan anak dan bayar SPP kalau semua proses pembelajaran diserahkan kepada orang tua. Guru mengajar untuk satu mata pelajaran, lah orang tua disuruh untuk mengajar semua mata pelajaran. Terus dimana letak tanggung jawab guru? Ngasih tugas lewat WA?"

Suatu hal yang wajar di masa adaptasi kebiasaan baru -- yang awalnya oleh pemerintah disebut dengan new normal -- dimana semua lini kehidupan berusaha menyelaraskan diri dengan keaadan yang terjadi. Pasti akan terjadi kesulitan-kesulitan yang menyertainya. Termasuk juga didunia pendidikan. Ketidak siapan lembaga pendidikan untuk menyediakan sarana dan prasarana menjadi alasan para guru untuk tidak tidak melaksanakan pembelajaran on line yang semestinya. Tidak tersedianya internet, mahalnya membeli akun meeting online juga menjadi senjata ampuh untuk beralasan. Belum lagi dengan ketidak siapan guru dalam memberikan pembelajaran on line.

Dalam masa pandemi yang masih  menjangkit di negeri tercinta ini, model pembelajaran berbasis digital telah dimaksimalkan secara masif hampir diseluruh Indonesia.Harus diakui bahwa model ini juga  terbilang belum secara menyeluruh menjangkau lapisan sosial bawah yang ada di masyarakat. Karena pada dasarnya model pembelajaran ini juga mempunyai syarat yang harus di penuhi yakni akses terhadap informasi digital. Untuk itu jika ditinjau dari akses terhadap teknologi digital, tidak semua peserta didik mempunyai akses yang sama. Menurut Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Whisnu Triwibowo menilai perkuliahan online berpotensi memicu ketimpangan sosial yang berdampak pada kualitas pembelajaran mahasiswa.  Hal ini dikarenakan ketersediaan infrastruktur digital yang belum merata, Indonesia saat ini belum menyediakan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), prasyarat utama untuk pembelajaran jarak jauh, yang memadai dan meluas untuk seluruh warganya. Selain itu, status sosio-ekonomi juga mempengaruhi tingkat kompetensi dan literasi dalam menggunakan TIK, ketika dosen atau mahasiswa yang gagap teknologi tidak akan mampu mengelola pembelajaran. Keterkaitan erat antara kesenjangan sosial, ketersediaan akses, dan keterampilan digital saling mempengaruhi kualitas PJJ dan membuat kesenjangan digital menjadi masalah multidimensi. 

Setali dua uang, pembelajarn online yang dilakukan oleh guru-guru sekolah dari SD sampai SMA, juga mengalami hal yang sama. Ketidak merataan infrastruktur disetiap daerah membuat guru-guru harus memeras otak agar pembelajaran berjalan dengan baik. Belum lagi sebagian guru anak dan oramg tua yang gagap teknologi, menyebabkan pembelajaran hanya berjalan satu arah. Guru hanya memberi tugas. Orang tua dan peserta didik harus berjibaku unyuk menyesaikan tugas-tugas yang dikirim oleh guru-gurunya. Hanya sebatas itu proses pembelajarn yang terjadi sekarang.

Untuk memperbaiki kedaan ini, maka wajib bagi sekolah swasta yang barbayar untuk menyediakan infrastrukstur yang memadai dan melatih guru-gurunya untuk dapat menggunakan teknologi dan menguasai metode pembelajaran jarak jauh. Yayasan sebagai pihak yang bertangung jawab dalam menjalankan roda pendidikan swasta, harus memberikan nilai tambah lebih dibanding dengan sekolah-sekolah negeri yang mendapat support penuh dari pemerintah. Bila yayasan sudah memberikan fasilitas yeng memadai, maka kewajiban guru-guru untuk menambah ilmu bagaimana cara agar proses pembelajaran jarak jauh lebih menarik. Guru harus mengembangkan kompetensi paedagogiknya untuk menjadikan pembelajran lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didiknya.  Banyak pelatihan-pelatihan online, baik yang gratis maupun berbayar, mengajak guru-guru untuk lebih kteratif dalam memberikan pelajaran. Disana diberikan ilmu bagaimana membuat media pembelajaran dan alat peraga pembelajaran. Bagaimana membuat video yang bagus, slide share yang menarik dan memberikan pembalaran tatap muka secara online. 

Semoga para guru dapat meningkatkan kompetensi dan para orang tua dapat memahami dan membantu guru untuk mendidik anak-anak dimasa pandemi ini. kerjasama yang baik dari guru dan orang tua akan membuat pembelajarn lebih menyenangkan bagi anak. Ingat tugas guru bukan memberi tugas.




3 komentar:

  1. Judul ini untuk zaman old. Untuk zaman now. Tugas guru memang memberi tugas.

    Tapi setelah ada materi pengantar. Biasalah seperti di kampus2

    BalasHapus
  2. ga lah brooo. Tugas guru bukan memberi tugas. walaupun daring. masa guru cuman ngirim ke WA grup. anak-anak soleh dan solehah hari ini pelajaran dari ibu kerjakan hal 20-25 ya. Semangaaat.
    gimana kalau setiap guru masih seperti ini. kelenger orang tua dan anak dirumah
    terimaksih sudah mampir

    BalasHapus
  3. Bagus...
    Guru2 yg freshgraduate ITnya bagus2. Bisa sbg tutor sebaya. Atau bikin kelompok MGMPS utk membicarakan ttg program2 kegiatan pembelajaran selanjutnya atau sbg ajang evaluasi...
    Selamat pak Ustd Hery ,ditunggu tulisan2 berikutnya...

    BalasHapus